Minggu, 12 Februari 2017
Sabtu, 12 November 2016
7 Mitos Belajar Santri Gontor
Mandi sebelum ujian = Ilmu Luntur
Banyak Santri percaya ketika mandi, ilmu kita ikut luntur bersama shampoo
di kepala kita. Mari kita pikirkan
baik-baik, bagaimana air yang mengguyur sekujur tubuh kita, membersihkannya
dari segala macam kuman, bisa melunturkan seluruh ilmu yag kita pelajari 6
bulan? Ilmu itu suatu hal yang berada di benak kita bukan kulit kita. Ini mitos
yang benar-benar sesat, dan menyesatkan. Jangan biarkan pengawas ujian, dan
teman anda “tersiksa” dengan bau anda!
Jangan gunakan target nilai 9 anda untuk menghalalkan segala cara! apalagi
sampai merusak konsentrasi teman dengan bau anda.
Belajar Dari Terjemahan
Soalnya pakai bahasa Arab, jawabnya juga pakai bahasa Arab. Paham, sih
paham tapi kalau belajar dari terjemahan, bgaimana bisa memahami soal? Apalagi
menjawabnya. Lebih-lebih pak Kyai sudah melarang dengan keras, bisa-bisa ilmu
kita tidak diridhoi lho. Anehnya banyak sekali anak Gontor begitu jihadnya
membuat, dan mengedarkan terjemahan ini, dari Reading, Mantiq, Fiqh,
Muthola’ah, dan yang paling banyak adalah Mahfuzhot. Jangan lupa baca Qur’annya
ya
Belajar dari Fotokopian Teman
Penulis pernah menemukan sebuah catatan seluruh pelajaran lngkap, begitu
niatnya dia membuat catatan tersebut, sampai diberi halaman, dan daftar isi, bahkan
ada kata pengantarnya segala WOW!. Entah siapa, dan sejak kapan namun catatan
lengkap ini telah menembus zaman, dan dipakai ribuan santri dari berbagai
angkatan. Sama seperti Terjemahan, Pak Kyai juga melarang hal ini. Ingat! Ridho
guru tidak kalah penting dengan orangtua.
Kecerdasan Meningkat 5 Menit Sebelum Ujian
Seperti yang kita tahu dari film-film sci-fi, bahwasanya manusia hanya
menggunakan otaknya kurang dari 10%. Sebgian santri Gontor percaya bahwa otak
akan bekerja maksimal 90% sejak 5 menit sebelum bel berbunyi, dan akan mencapai
titik 100% ketika bel telah berbunyi. Ketika itulah kemampuan membaca,
memahami, dan menghafal mencapai puncaknya. Beberapa santri bahkan mulai
meneliti bagaimana membawa momen ini ke hari-hari biasa demi memaksimalkan
belajar mereka.
Mengetuk-ngetukkan Buku Ke Kepala
Ini adalah yang dilakukan entah dia fasl fawq maupun fasl taht .
Mengetuk-ngetukkan buku ke kepala sebelum masuk ruang ujian adalah ritual
tersendiri bagi sebgian orang. Dipercaya bahwa ini adalah suata jalan pintas
untuk mengulang semua materi di buku
tersebut, diyakini pula ini mampu menguatkan hafalan seseorang karena ketika
diketuk-ketukkan ilmu dari buku itu akan jatuh masuk ke dalam pikiran kita.
“ Dia Punya Laduni”
“Dia punya laduni” Itulah kata-kata yang sering kita ucapkan pada teman
kita fasl fawq, yang sepertinya tidak pernah belajar, pagi tidur, di
kelas tidur, belajar malam tidur, tapi nilainya ranking 1. Laduni itu kan
adalah karomah untuk seorang waliyullah ya, kalo si ranking satu ini nggak
pernah maksiat, tahajjud, doa, puasa daud, puasa senin kamis nggak pernah
putus, bisa saja. Tapi bisa jadi dia hanya belajar dengan cara yang berbeda
dengan kita, atau di waktu-waktu yang berbeda dengan kita. Seperti teman
penulis yang membuat rangkuman di kertas tasyreh, dan kutaib. Atau justru
ketika kebanyakan santri tidur dia belajar.
Fasl Taht Abadi
Ada sebuah dogma di kalangan santri Gontor, apabila ketika kelas 2 atau 3
intensif dia kelas bawah, maka sampai kelas 6 pun dia akan kelas bawah. Ini
salah besar, penulis memiliki teman , yang karena nilainya sangat kecil,
menghuni kelas 5O. Dia mendapat kelas 5O murni karena nilainya bukan karena
suluk. Tapi dengan kekuatan kerja keras, dan persahabatan dia berhasil
mendapatkan kelas 6C. Terbukti kan? Penghuni kelas bawah bukan karena bodoh,
tapi karena malas belajar.
Minggu, 16 Oktober 2016
Selasa, 23 Agustus 2016
Wakil Presiden Jusuf Kalla Menghadiri Acara Sujud Syukur 90 Tahun Gontor
PONOROGO-Wakil presiden Republik Indonesia Bapak Jusuf Kalla menghadiri sujud syukur menyambut 90 tahun Pondok Modern Darussalam Gontor. Beliau berkata, "Gontor adalah pesantren bersifat nasional bahkan internasional". “Pesantren Gontor ini memegang predikat modern. Modern itu berarti visioner, berpikiran kekinian dan yang akan datang. Itulah bedanya pendidikan dengan museum. Museum itu melihat ke belakang, sedangkan pendidikan itu melihat ke depan. Jadi, anak-anak di sini telah diajarkan ilmu-ilmu yang bisa mereka gunakan di masa depan. Kita patut bersyukur Gontor bisa menjaga kemodernannya sampai sekarang,” .
“Pendidikan itu hampir sama dengan restauran, bukan tempatnya yang dicari tapi makanannya yang dicari. Begitu juga dengan Gontor ini. Walaupun tempatnya jauh, hingga harus naik dokar sampai di sini, namun karena lembaga pendidikan ini dikelola dengan sebaik-baiknya, maka banyak yang datang mencari.”
Setelah selesai melaksanakan sujud syukur, beliau beranjak menuju Universitas Darussalam Gontor untuk menghadiri acara peletakan batu pertama gedung perpustakaan.
Langganan:
Postingan (Atom)