Jumat, 26 Februari 2016

Grand Syaikh Al-Azhar: 50 Beasiswa Penuh per Tahun untuk Santri Gontor

GONTOR - Kedatangan Syaikhu-l-Azhar kali ini sungguh istimewa. Karena bertepatan dengan 90 tahun pondok modern, dimana kedatangannya adalah acara pembuka bagi serentetan acara besar lainnya.
    Beliau adalah Dr. Ahmad Muhammad Ahmad At-Tayyib, pemegang amanah sebagai Syaikhu-l-Azhar yang ke-48 menggantikan Muhammad Sayyid Tantawi selepas wafatnya tahun 2010. Doktor bidang akidah dan filsafat Islam ini menguasai 2 bahasa sekaligus, Prancis dan Inggris, dengan sangat baik. Karangan buku beliau sangat luas meliputi fiqh, syari’ah, dan tasawuf Islam.
    Sebelum menjabat sebagai Syaikhu-l-Azhar, ulama kelahiran 6 Januari 1946 ini menjabat sebagai rektor universitas Al-Azhar. Dalam pidato sambutannya, beliau mengaku pernah datang ke Gontor bersama Syaikhu-l-Azhar sebelumnya saat masih menjabat rektor.
    Berita gembira untuk segenap santri Pondok Modern datang dari beliau sebagai jawaban atas permintaan pimpinan pondok dalam sambutannya.
    “Saya putuskan sejak sekarang untuk mengkhususkan kepada santri Pondok Modern Darussalam Gontor 50 beasiswa setiap tahunnya. Saya minta untuk dibagi, setengah untuk calon mahasiswa dan lainnya untuk calon mahasiswi. Itu termasuk kuliah agama dan pengetahuan modern, seperti: arsitektur, apotek farmasi, kedokteran, dan lain-lain”, terang beliau di sela-sela sambutannya.
    Spontan, pimpinan pondok bertahmid dan mengucap takbir yang disambut bergema oleh seluruh hadirin. Air mata bahagia mengalir di pelupuk mata bapak pimpinan. Beliau bahkan menambahkan bahwa kuota beasiswa bisa saja dinaikkan menjadi 100 orang per tahun pada masa mendatang, biidznillah.
    Topik berlanjut kepada nasehat yang berisikan ajakan untuk berpegang dengan madzhab wasathiyah (moderat) dalam beragama. Karena kita tinggal di dunia dengan pengikut madhab lain, agama lain, bahkan ateis.
    Janganlah kita mudah mengkafirkan seorang yang shalat, membaca Al-Qur’an, dan menghadap kiblat yang sama dengan kita. Perbedaan adalah hal yang pasti terjadi. Beliau menegaskan untuk menghindari sifat ta’assub (fanatik) madhab dan berlebih-lebihan dalam beragama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar