Pentingnya IDENTITAS
“Sibghah…. Identitas…. Banyak orang lupa akan siapa dirinya, kemana, mau apa, dan untuk apa…”
Salah satu dari petikan nilai hikmah yang sering kita dengar berulang-ulang dari kyai kita, Al-Ustadz Hasan Abdullah Sahal. Tentu ada maksud dari pengulangan kata-kata tersebut yang perlu kita telaah lebih dalam makna, penghayatan dan implikasinya dalam hidup sehari. Mengingat bangsa Indonesia yang sudah mulai melupakan jati dirinya dalam hidupnya, lupa akan budaya leluhurnya, lupa akan nilai-nilai sosialnya.
Mengingat pula di umurnya yang mendekati 1 abad ini, Pondok Modern Darussalam Gontor telah memasuki generasi ke-2, generasi pejuang, yang sedikit banyak ikut terkena dampak globalisasi dan penyakit keduniaan yang mengiringi datangnya generasi ke-3 dan ke-4 yang terus diwanti-wanti, penikmat bahkan penghancur. Tidak sedikit peradaban besar yang mewarnai sejarah dunia hancur oleh hilangnya nilai dan identitas diri. Romawi, Persia, Umawiyah, Abbasiyah, hingga Turki Usmani telah menjadi bukti sejarah akan pentingnya identitas diri.
Umat Islam sendiri yang menghadapi sekian musuh besar yang terorganisir sudah banyak yang mendapat intervensi dari
peradaban asing. Seringkali kita temui, sebagian dari kita terlihat sangat enggan, bahkan malu, untuk mengakui identitas diri seorang muslim. Maka seperti apakah identitas diri yang perlu kita pegang? Pertanyaan yang harus segera ditemukan jawabannya.
Mengingat pula di umurnya yang mendekati 1 abad ini, Pondok Modern Darussalam Gontor telah memasuki generasi ke-2, generasi pejuang, yang sedikit banyak ikut terkena dampak globalisasi dan penyakit keduniaan yang mengiringi datangnya generasi ke-3 dan ke-4 yang terus diwanti-wanti, penikmat bahkan penghancur. Tidak sedikit peradaban besar yang mewarnai sejarah dunia hancur oleh hilangnya nilai dan identitas diri. Romawi, Persia, Umawiyah, Abbasiyah, hingga Turki Usmani telah menjadi bukti sejarah akan pentingnya identitas diri.
Umat Islam sendiri yang menghadapi sekian musuh besar yang terorganisir sudah banyak yang mendapat intervensi dari
peradaban asing. Seringkali kita temui, sebagian dari kita terlihat sangat enggan, bahkan malu, untuk mengakui identitas diri seorang muslim. Maka seperti apakah identitas diri yang perlu kita pegang? Pertanyaan yang harus segera ditemukan jawabannya.
ARTI DARI SIBGHAH
Kata-kata sibghah pertama kali muncul di Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 137 yang berbunyi:
فَإِنۡ ءَامَنُواْ بِمِثۡلِ مَآ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهۡتَدَواْۖ وَّإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّمَا هُمۡ فِي شِقَاقٖۖ فَسَيَكۡفِيكَهُمُ ٱللَّهُۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ١٣٧ صِبۡغَةَ ٱللَّهِ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ صِبۡغَةٗۖ وَنَحۡنُ لَهُۥ عَٰبِدُونَ ١٣٨
Artinya:
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (137) Sibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik sibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah (138)
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (137) Sibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik sibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah (138)
Shibghah di sini artinya celupan. Dalam bahasa Arab istilah lainnya adalah "أَصَالَةٌ", identitas, keistemewaan, dan ciri khas. Di masa lalu tradisi orang-orang Nashrani Arab biasa mencelupkan anak-anak mereka ke dalam air yang diberi warna dimaksud agar anak tersebut menjadi suci dan bersih dari dosa.
Hal ini mereka lakukan berdasarkan pandangan mereka yang keliru mengenai al-insan. Menurut mereka manusia lahir dengan membawa dosa yang dilakukan oleh kakek dan nenek mereka, Adam dan Hawa. Upacara pencelupan itu dikenal dengan upacara pembaptisan. Seusai upacara ini biasanya mereka mengucapkan: “Sekarang kau telah menjadi putera Nashrani sebenarnya”.
Ayat diatas membantah tradisi Nashrani itu. Celupkanlah diri dan keluargamu dalam sibghotullah, yakni al-Islam sebagai satu-satunya sibghah yang telah diridhai-Nya. Ad-dien yang sesuai dengan fitrah kejadianmu. Dengan mencelupkan diri ke dalam fitrah kejadianmu yang suci dan tak berdosa itu akan terpelihara. Dan hatimu akan terisi penuh denga ajaran-ajaran sibghah ini, sehingga ibarat selembar kain yang dicelupkan pada air yang diberi warna, maka warna itu akan meresap kesemua bagian dari kain tersebut dan kain tersebut menampakkan warna tertentu sesuai dengan zat warna yang dicampur kedalamnya. Bukan seperti halnya plastik yang jika dicelupkan ke dalam tinta pekat berapa kali pun tidak mau berubah dan menerima pengaruh dari celupan tadi, dalam hal ini adalah agama.
KHAZANAH NILAI GONTORY
Setelah mengetahui arti sibghah menurut al-Qur'an, maka bagaimanakah sibghah Gontory yang kita bicarakan itu? Jika kita terapkan dengan arti sibghah di atas, maka sibghah Gontory yang dimaksud oleh para Trimurti pendiri pondok kita adalah implementasi dari motto pondok yang diadaptasi dari ayat al-Quran:
ٱدۡخُلُواْ فِي كُونتُورْ كَآفَّةً
- masuklah ke Gontor secara totalitas -
Jadi seperti apakah celupan ala Gontory yang dimaksud? Tidak lain yang dimaksud adalah nilai-nilai dan jiwa pondok yang telah ditanamkan oleh Trimurti sejak pondok ini berdiri melalui segala bentuk pengarahan, penugasan, kegiatan, dan dinamika aktivitas pondok yang telah didesain dan dirancang sesuai dengan motto pendidikan pondok:
“Apa yang kau lihat, dengar, dan rasakan di pondok ini adalah pendidikan”
Pendidikan totalitas inilah salah satu shibghah gontory yang perlu kita pertahankan. Shibghah lainnya adalah tempat belajar bahasa Arab dengan disiplin yang tinggi, keikhlasan, dan yang paling sering diwanti-wanti oleh pimpinan, sakralisasi. Seluruh sisi Gontor yang unik ini lah yang menjadi shibghah dan identitas ciri khas Gontor dalam melahirkan alumni-alumninya.
Identitas yang ada ini juga sebagai pembeda, dengan arti perbaikan, dari lembaga pendidikan yang lain, bukan untuk supaya dikenal maupun terkenal. Sistem pengasuhan dengan pengawalan dan pelaksanaan disiplinnya, sistem KMI dengan segala dinamika akademiknya, dan OPPM sebagai motor penggerak kegiatan adalah sekelumit ciri khas Gontor yang membedakannya dari lembaga lain. Jarang sekali kita temukan sebuah pondok yang memiliki sistem dan manajemen dengan keunikan dan keteraturan seperti halnya kita temukan di Gontor sehari-hari.
Jadi seperti apakah celupan ala Gontory yang dimaksud? Tidak lain yang dimaksud adalah nilai-nilai dan jiwa pondok yang telah ditanamkan oleh Trimurti sejak pondok ini berdiri melalui segala bentuk pengarahan, penugasan, kegiatan, dan dinamika aktivitas pondok yang telah didesain dan dirancang sesuai dengan motto pendidikan pondok:
“Apa yang kau lihat, dengar, dan rasakan di pondok ini adalah pendidikan”
Pendidikan totalitas inilah salah satu shibghah gontory yang perlu kita pertahankan. Shibghah lainnya adalah tempat belajar bahasa Arab dengan disiplin yang tinggi, keikhlasan, dan yang paling sering diwanti-wanti oleh pimpinan, sakralisasi. Seluruh sisi Gontor yang unik ini lah yang menjadi shibghah dan identitas ciri khas Gontor dalam melahirkan alumni-alumninya.
Identitas yang ada ini juga sebagai pembeda, dengan arti perbaikan, dari lembaga pendidikan yang lain, bukan untuk supaya dikenal maupun terkenal. Sistem pengasuhan dengan pengawalan dan pelaksanaan disiplinnya, sistem KMI dengan segala dinamika akademiknya, dan OPPM sebagai motor penggerak kegiatan adalah sekelumit ciri khas Gontor yang membedakannya dari lembaga lain. Jarang sekali kita temukan sebuah pondok yang memiliki sistem dan manajemen dengan keunikan dan keteraturan seperti halnya kita temukan di Gontor sehari-hari.
Posisi Penting Shibgah bagi Gontor
Pondok Modern sangat mementingkan adanya shibghah ini. Pondok Modern bisa maju dengan nilai-nilai pesantren dan nilai-nilai tertulis, seperti Panca Jiwa dan Motto Pondok, maupun yang tidak tertulis. Apa jadinya Gontor tanpa adanya shibghah ini? Ia bagaikan sekolah agama lain yang bermakna tidak ada gunanya Trimurti mendirikan pondok. Pondok Modern memiliki visi dan misi: mencetak kader pemimpin umat yang memenuhi kualifikasi Gontor dengan jiwa dan nilai-nilainya.
Trimurti membangun shibghah Gontor ini dengan dasar Syariah Islamiyah yang dimanifestasikan dalam totalitas kehidupan santri. Selain itu, pengalaman spiritual pendiri pondok dari pengamalan bertahun-tahun dalam memimpin pondok pun ikut memberi corak khas Pondok Modern dalam setiap perkembangannya.
Cara penerapan shibghah ini ternyata tidaklah sesulit yang dibayangkan. Santri dapat memahami dan menjiwainya dengan latihan yang intens dan pembimbingan non-stop melalui penciptaan lingkungan yang baik (bi'ah hasanah). Pemahaman tidak akan pernah cukup hanya melalui ceramah, pengarahan, dan komunikasi. Tetapi santri dapat meresapinya dengan mudah melalui teladan yang baik, miliu yang kondusif, dan kegiatan-kegiatan yang mendidik.
Kalau kita meruntut sejarah Gontor yang telah lama mendidik anak bangsa, sesungguhnya shibghah ini sudah diterapkan sejak lama tanpa disadari. Tetapi, para santri dapat memahami lebih mudah dengan adanya kepondokmodernan yang merupakan hasil dari ciri khas Gontor yang telah dirumuskan oleh generasi penerusnya. Karena teori yang ada sekarang ini mencoba membahasakan apa yang telah dilakukan Gontor dalam kurun waktu yang lama sejak berdirinya.
Pelestarian Shibghah Gontory
Tugas utama generasi penerus Gontor sekarang adalah pelestarian karakteristik Gontor yang telah berjalan ini. Pemahaman santri yang komprehensif dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi benteng penjagaan shibghah dari krisis dan kepunahan. Itu tidak cukup. “Tanpa mengerti tidak bisa mengamalkan. Mengerti tanpa mengamalkan juga tidak baik. Mengamalkan tanpa mengerti akan sporadis dan sembarangan. Jadi, harus mengerti, memahami, menghayati, menjiwai, dan mengamalkan”, jelas Al-Ustadz M. Hudaya dalam sesi wawancara di kediaman beliau.
Contoh pengamalan yang sederhana adalah penerapan keikhlasan. Kelas 5 dan kelas enam yang merupakan ujung tombak pergerakan pondok mendapatkan amanah yang tidak remeh di samping tugas utamanya untuk belajar. Di situ lah keikhlasan dilatih dan diuji. Tanpanya, tidak akan mungkin uang 1,5 miliar berputar setiap tahunnya di koperasi pelajar yang diurus hanya oleh remaja berumur belasan tahun. Juga sangat tidak mungkin bagian keamanan mau berkeliling ke setiap sudut pondok tanpa digaji. Dan sangatlah mustahil bagian bersih lingkungan mau bergulat dengan sampah tanpa ada adanya keikhlasan. Hal yang luar biasa ini baru satu sisi dari sekian banyak shibghah Gontory.
Kemandirian Gontor dalam segala hal adalah salah satu ciri khas lain Pondok Modern. Pondok mampu maju tanpa bergantung pada orang lain. Kurikulum mandiri, pendanaan mandiri, dan manajemen pun mandiri. Penerapan nilai BERDIKARI (Berdiri Di Atas Kaki Sendiri) menjadi identitas Gontor yang nyata. Pondok mampu berdiri sendiri dengan tegak sekalipun tanpa bantuan orang lain dalam menghadapi badai dan arus globalisasi.
Trimurti membangun shibghah Gontor ini dengan dasar Syariah Islamiyah yang dimanifestasikan dalam totalitas kehidupan santri. Selain itu, pengalaman spiritual pendiri pondok dari pengamalan bertahun-tahun dalam memimpin pondok pun ikut memberi corak khas Pondok Modern dalam setiap perkembangannya.
Cara penerapan shibghah ini ternyata tidaklah sesulit yang dibayangkan. Santri dapat memahami dan menjiwainya dengan latihan yang intens dan pembimbingan non-stop melalui penciptaan lingkungan yang baik (bi'ah hasanah). Pemahaman tidak akan pernah cukup hanya melalui ceramah, pengarahan, dan komunikasi. Tetapi santri dapat meresapinya dengan mudah melalui teladan yang baik, miliu yang kondusif, dan kegiatan-kegiatan yang mendidik.
Kalau kita meruntut sejarah Gontor yang telah lama mendidik anak bangsa, sesungguhnya shibghah ini sudah diterapkan sejak lama tanpa disadari. Tetapi, para santri dapat memahami lebih mudah dengan adanya kepondokmodernan yang merupakan hasil dari ciri khas Gontor yang telah dirumuskan oleh generasi penerusnya. Karena teori yang ada sekarang ini mencoba membahasakan apa yang telah dilakukan Gontor dalam kurun waktu yang lama sejak berdirinya.
Pelestarian Shibghah Gontory
Tugas utama generasi penerus Gontor sekarang adalah pelestarian karakteristik Gontor yang telah berjalan ini. Pemahaman santri yang komprehensif dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi benteng penjagaan shibghah dari krisis dan kepunahan. Itu tidak cukup. “Tanpa mengerti tidak bisa mengamalkan. Mengerti tanpa mengamalkan juga tidak baik. Mengamalkan tanpa mengerti akan sporadis dan sembarangan. Jadi, harus mengerti, memahami, menghayati, menjiwai, dan mengamalkan”, jelas Al-Ustadz M. Hudaya dalam sesi wawancara di kediaman beliau.
Contoh pengamalan yang sederhana adalah penerapan keikhlasan. Kelas 5 dan kelas enam yang merupakan ujung tombak pergerakan pondok mendapatkan amanah yang tidak remeh di samping tugas utamanya untuk belajar. Di situ lah keikhlasan dilatih dan diuji. Tanpanya, tidak akan mungkin uang 1,5 miliar berputar setiap tahunnya di koperasi pelajar yang diurus hanya oleh remaja berumur belasan tahun. Juga sangat tidak mungkin bagian keamanan mau berkeliling ke setiap sudut pondok tanpa digaji. Dan sangatlah mustahil bagian bersih lingkungan mau bergulat dengan sampah tanpa ada adanya keikhlasan. Hal yang luar biasa ini baru satu sisi dari sekian banyak shibghah Gontory.
Kemandirian Gontor dalam segala hal adalah salah satu ciri khas lain Pondok Modern. Pondok mampu maju tanpa bergantung pada orang lain. Kurikulum mandiri, pendanaan mandiri, dan manajemen pun mandiri. Penerapan nilai BERDIKARI (Berdiri Di Atas Kaki Sendiri) menjadi identitas Gontor yang nyata. Pondok mampu berdiri sendiri dengan tegak sekalipun tanpa bantuan orang lain dalam menghadapi badai dan arus globalisasi.
Tantangan Penjagaan Identitas
Teknologi yang selalu berkembang pesat diiringi informasi global yang diakses keluar-masuk dengan mudah memiliki dampak yang perlu diwaspadai bagi Gontor dalam menjaga identitasnya. Kemampuan santri dalam memilah dan menerima informasi yang masuk pun masih sangat lemah dan terbatas. Maka, segala macam dan bentuk informasi apapun dari luar pondok perlu diseleksi dan disaring sebelum masuk ke dalam Gontor ini.
Pembatasan alat komunikasi dan informasi, seperti surat, TV, HP, dan internet, adalah salah satu upaya pondok dalam menjaga identitas yang telah tercipta. Karena alat-alat tersebut bisa merusak pola pikir, sikap, dan tingkah laku santri yang sudah kondusif dengan ciri khasnya dalam pondok. Apalagi di tengah peperangan pemikiran (ghazwul fikri) yang menyusup ke media massa dengan dalih hiburan dan informasi saat ini. Perang ideologi yang memanas ini pun dikhawatirkan mengganggu konsentrasi dan karakter santri dalam belajar dan menjalani kehidupan dalam pondok.
Pembatasan alat komunikasi dan informasi, seperti surat, TV, HP, dan internet, adalah salah satu upaya pondok dalam menjaga identitas yang telah tercipta. Karena alat-alat tersebut bisa merusak pola pikir, sikap, dan tingkah laku santri yang sudah kondusif dengan ciri khasnya dalam pondok. Apalagi di tengah peperangan pemikiran (ghazwul fikri) yang menyusup ke media massa dengan dalih hiburan dan informasi saat ini. Perang ideologi yang memanas ini pun dikhawatirkan mengganggu konsentrasi dan karakter santri dalam belajar dan menjalani kehidupan dalam pondok.
Pedoman Inovasi
Setiap pengembangan dan inovasi yang ada di pondok harus tetap mengikuti rel dan jalur yang telah ditetapkan oleh pendiri pondok. Memang ada perbedaan dalam penerapan shibghah Gontory ini antara dulu dan sekarang. Akan tetapi perbedaan di sini dengan arti perbaikan tanpa mengubah nilai prinsipil dan fundamental. Karena Gontor memiliki pegangan dalam hal ini yang berbunyi:
المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِِ وَالأَخْذُ بِالجَدِيْدِ الأَصْلَحِ
~ Menjaga hal yang baik dan membuat inovasi baru yang lebih baik ~
Syarat membuat inovasi adalah menjaga hal yang sudah baik. Dasar ini lah yang menjadi pijakan Gontor dalam perkembangannya. Sehingga nilai dan ciri khasnya pun tidak akan lekang tergerus pergantian zaman. Intervensi luar pun perlu kita waspadai mengingat Kyai sudah sering mewanti-wantinya di setiap kesempatan, “Intervensi adalah kezaliman”. Jangan sampai identitas Gontory yang sudah lama dibangun dan dipelihara menjadi luntur hanya karena takut dibenci, dicaci, dan dimusuhi. Karena di situ lah letak ujian keikhlasan yang sebenarnya.
Keabadian Identitas Gontory
Identitas Gontor tercipta dari Syari'ah Islamiyah dan nilai kemodernan yang sesuai di setiap waktu dan tempat. Hal ini telah dibuktikan oleh Al-Qur'an yang di dalamnya banyak ayat-ayat yang menyingkap misteri alam sejak 14 abad lalu dan terbukti oleh ilmu pengetahuan modern sekarang ini.
Maka dari itu, tugas kita sebagai penghuni pondok adalah membalas jasa-jasa pondok. Balasan itu tidak harus berupa materi, tetapi melestarikan shibghah Gontory ini pun merupakan salah satu bentuknya. Kita jaga identitas Gontory dengan mengikuti seluruh totalitas kegiatan pondok dengan sungguh-sungguh dan penjiwaan. Pun, dengan menjaga stempel P.M. yang telah tertempel di jidat kita ketika berkiprah di masyarakat. Karena memang tidaklah sama rasanya mempertahankan ciri khas pesantren di luar pondok dengan kehidupan di pondok yang sudah sedemikian teratur. (amr/13)
Maka dari itu, tugas kita sebagai penghuni pondok adalah membalas jasa-jasa pondok. Balasan itu tidak harus berupa materi, tetapi melestarikan shibghah Gontory ini pun merupakan salah satu bentuknya. Kita jaga identitas Gontory dengan mengikuti seluruh totalitas kegiatan pondok dengan sungguh-sungguh dan penjiwaan. Pun, dengan menjaga stempel P.M. yang telah tertempel di jidat kita ketika berkiprah di masyarakat. Karena memang tidaklah sama rasanya mempertahankan ciri khas pesantren di luar pondok dengan kehidupan di pondok yang sudah sedemikian teratur. (amr/13)
subhanallah.... izin share ust,,, syukron :)
BalasHapusya silahkan....!
BalasHapusMantapz tadz, ijin nukil ya. Smg berkah tulisannya
BalasHapus