Asal madhab Syiah
Syi'ah berasal dari bahasa Arab yang berarti pembela dan pengikut seseorang (dalam hal ini Ali r.a.). Syiah yang pokok adalah Syiah Itsna Asyariah yang mereka akui berasal dari seorang Yahudi munafik Madinah bernama Abdullah bin Saba'. Ali bin Abi Tholib r.a. sendiri yang mereka agung-agungkan telah membakar mereka dengan api dan berlepas diri darinya. Mereka sangat mengkultuskan Ali hingga tingkat kenabian bahkan ada yang menganggapnya Tuhan! Tidak hanya Ali tetapi juga Fatimah, Hasan, Husein, dan keturunannya (Ahlu-l-Bait).
Syi'ah berasal dari bahasa Arab yang berarti pembela dan pengikut seseorang (dalam hal ini Ali r.a.). Syiah yang pokok adalah Syiah Itsna Asyariah yang mereka akui berasal dari seorang Yahudi munafik Madinah bernama Abdullah bin Saba'. Ali bin Abi Tholib r.a. sendiri yang mereka agung-agungkan telah membakar mereka dengan api dan berlepas diri darinya. Mereka sangat mengkultuskan Ali hingga tingkat kenabian bahkan ada yang menganggapnya Tuhan! Tidak hanya Ali tetapi juga Fatimah, Hasan, Husein, dan keturunannya (Ahlu-l-Bait).
Mereka juga bangga dengan namanya 'Rafidhah' yang berarti menolak, yaitu menolak kepemimpinan Abu Bakar dan Umar dalam keyakinannya. Tidak hanya menolak tapi juga membenci dan mengkafirkannya. Aisyah dan Hafshah istri nabi pun juga dianggap kafir dan murtad dari Islam. Mereka memiliki 12 Imam yang mereka agungkan dengan berlebihan. Imam-imam tersebut dianggap sebagai manusia suci sebagaimana nabi Muhammad bahkan pemilik dunia seisinya. Rukun Iman mereka bukanlah enam tetapi hanya lima dengan isi yang berlainan dengan dasar hadis.
Ciri khas Syi’ah yang mengagung-agungkan Ali dan mengkultuskannya sudah dibantah habis-habisan oleh Ali sendiri. Ini semua merupakan rekayasa dari Abdullah bin Saba’, seorang munafik Madinah. Ia berkata kepada Ali r.a., “Engkau adalah Allah”. Amirul Mukminin menjawab, “Kamu sudah dikuasai setan. Tinggalkan ajaranmu dan bertaubatlah, wahai orang yang celaka.” Abdullah bin Saba’ pun diperintahkan untuk dibakar. Tetapi atas tekanan kaum Rafidhah, ia akhirnya hanyalah diasingkan saja. Sedangkan pengikutnya diusir, dibunuh, dan dibakar hidup-hidup.
Dari sinilah para pengikut Sabaiyah (Abdullah bin Saba’) mulai menyiarkan ajaran Syi’ah secara sembunyi-sembunyi dengan menggunakan doktrin ‘At-Taqiyyah’. Sebuah riwayat mereka mengatakan: “Orang yang tidak bertaqiyyah itu tidak memiliki agama”. Padahal sebenarnya, Taqiyyah dalam Islam hanya untuk melindungi keimanan diri dari ancaman orang kafir. Tetapi, mengapa Syi’ah juga ber-taqiyyah kepada orang Sunni? Tentu ini adalah usaha mereka menjadikannya sebagai teologi baru.
Keyakinan Syiah
Syiah memiliki keyakinan-keyakinan (akidah) yang bertentangan dengan ajaran Islam yang murni. Mereka menganggap al-Quran yang ada sekarang ini masih kurang. Al-Quran yang sebenarnya masih tersembunyi di tangan Imam Mahdi yang keluar menjelang akhir zaman. Mereka juga dengan entengnya menafsirkan dan mengubah ayat al-Quran demi pembenaran kepercayaan mereka tentang kemuliaan Imam mereka, pengkafiran sahabat, pengkudusan Ali, dan seterusnya.
Syiah memiliki keyakinan-keyakinan (akidah) yang bertentangan dengan ajaran Islam yang murni. Mereka menganggap al-Quran yang ada sekarang ini masih kurang. Al-Quran yang sebenarnya masih tersembunyi di tangan Imam Mahdi yang keluar menjelang akhir zaman. Mereka juga dengan entengnya menafsirkan dan mengubah ayat al-Quran demi pembenaran kepercayaan mereka tentang kemuliaan Imam mereka, pengkafiran sahabat, pengkudusan Ali, dan seterusnya.
Dalam masalah hadis mereka juga hanya mempercayai perawi hadis dari Syiah. Mereka menolak perawi lain seperti Abu Hurairah yang banyak kita dengar kesahihannya. Mereka juga dengan mudahnya membuat hadis palsu tentang Ali r.a., nikah mut'ah (kawin kontrak), penghinaan sahabat nabi, dan lain-lain. Mereka juga mengkafirkan setiap muslim yang bukan Syiah Itsna Asyariah. Non-Syiah dianggapnya sebagai makhluk najis, jauh melebihi anjing dan babi.
Kesesatan Syiah dalam Fiqh dan Mu'amalah
Dalam Fiqh, mereka membuat-buat hukum dan amalan yang mereka anggap berpahala besar dan mulia. Diantaranya adalah nikah Mut'ah (kawin kontrak). Mereka berkata bahwa jika seseorang ber-mut'ah empat kali maka ia setara kedudukan dengan Nabi Rasulullah Muhammad SAW. Anak dari mut'ah dianggap lebih mulia dan baik daripada anak dari istri tetap. Bahkan boleh juga mut'ah dengan istri orang lain. Ini mereka bolehkan bahkan sebagian imam mewajibkannya.
Kesesatan Syiah dalam Fiqh dan Mu'amalah
Dalam Fiqh, mereka membuat-buat hukum dan amalan yang mereka anggap berpahala besar dan mulia. Diantaranya adalah nikah Mut'ah (kawin kontrak). Mereka berkata bahwa jika seseorang ber-mut'ah empat kali maka ia setara kedudukan dengan Nabi Rasulullah Muhammad SAW. Anak dari mut'ah dianggap lebih mulia dan baik daripada anak dari istri tetap. Bahkan boleh juga mut'ah dengan istri orang lain. Ini mereka bolehkan bahkan sebagian imam mewajibkannya.
Selain itu mereka juga memiliki wudhu, azan, iqomat, dan shalat yang berbeda dengan Sunni. Syiah memiliki tambahan lafad dalam azan dan iqomat yaitu: Asyhaduanna 'aliyyan waliyyullah, asyhadu anna aliyyan hujjatullah, dan tambahan hayya 'ala khoiril 'amal. Wudlunya pun tidak membasuh rambut dan kaki, tetapi hanya asal mengusapnya.
Dalam shalat pun mereka menggunakan batu yang bernama at-Turbah al-Husainiyah (tanah dari Karbala) sebagai alas untuk sujud. Mereka menutup shalat dengan memukul paha dua kali, tidak menggunakan salam. Mereka mengangkat tangan (takbir) ketika sebelum sujud duduk di antara dua sujud, dan duduk tahiyyat akhir. Untuk lebih jelasnya silahkan melihat di Youtube dengan kata kunci 'wudhu dan shalat Syiah'.
Dalam bermu’amalah Syiah juga menggunakan sikap munafik (lain di perbuatan dan perkataan, lain di hati). Sikap munafik ini mereka sebut dengan taqiyyah. Taqiyyah ini wajib dilakukan untuk menghindari bahaya dan menjaga kehormatan diri dan termasuk dalam sikap beragama orang Syiah. (amr/13)