Kamis, 28 April 2016

Dakwah: Kewajiban Setiap Muslim

Ketika kita mendengar kata dakwah, bayangan kita mungkin menuju kepada Jamaah Tabligh. “Dakwah 'kan hanya tugasnya para da'i!”, tolak sebagian kaum muslim. Benarkah?

Kewajiban Yang Terlupa

Dakwah berasal dari kata da'aa – yad'uu yang artinya ”mengajak” atau ”menyeru”. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di jalan Allah Swt, berdasarkan ayat Al-Quran:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS. An-Nahl:125).
Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit ataupun implisit mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam), perbuatan baik, amal saleh, atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam, dapat disebut dakwah.
Dalam perspektif komunikasi, dakwah termasuk dalam kategori komunikasi persuasif, yakni komunikasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau merayu, semakna dengan makna dasar dakwah, yakni mengajak atau menyeru. Dengan kata lain, seperti iklan komersial yang mengajak orang untuk membeli barang. Bedanya, dakwah itu bagaikan 'iklan' yang mengajak orang untuk mengikuti jalan Allah: Al-Qur'an dan Sunnah.

Tugas Setiap Muslim

Dakwah bukan hanya tugas seorang da'i.
Dakwah juga tidak harus menunggu seseorang memiliki ilmu agama yang mendalam. Ilmu sekecil apapun yang kita miliki bisa menjadi materi dakwah.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً (رواه البخاري)
Sampaikanlah (apapun) dariku, walaupun hanya sepotong ayat. (HR Bukari)
Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadis ini menjelaskan pentingnya perintah menyampaikan Islam sebanyak yang kita tahu, walaupun hanya satu ayat.
Satu ayat itu hal yang kecil, sedikit, dan sangat mudah.
Tetapi, Nabi tetap memandang sesuatu yang kecil itu HARUS disampaikan. Tepatnya, ilmu apapun yang kita miliki tentang kebenaran, apalagi masalah agama, sampaikanlah kepada orang lain. Atau dengan kata lain, 'BERDAKWAHLAH'!
Kita hanya tahu satu hadis, sampaikan!
Kita hanya tahu cara wudlu yang benar, sampaikan!
Kita hanya tahu shaf itu harus rapat, sampaikan!
Kita hanya tahu belajar menuntut ilmu itu wajib, sampaikan!
Kita hanya tahu laki-laki itu wajib shalat 5 waktu di masjid, sampaikan!
Sekecil apapun itu, selama itu bernilai kebenaran, sampaikanlah kepada orang lain. Menyampaikan kepada orang lain itu adalah misi utama dari DAKWAH.
Lalu, APA HUKUMNYA?
Hukum dakwah bagi yang mengetahui kebenaran adalah WAJIB.
Jangan putus asa dulu, baca terus...

Akibat Dakwah Berhenti

Kalau kita pikir-pikir kembali, orang Barat mati dalam keadaan kafir itu, bukan kesalahan mereka sendiri.
Mereka kafir karena (mungkin) mereka belum mengenal Islam.
Mereka kafir karena (mungkin juga) mereka tahu Islam, tapi dalam gambaran yang salah dari media massa.
Mereka kafir karena (mungkin) tidak ada yang mengenalkan dan mengajarkan mereka Islam yang sesungguhnya.
Ketahuilah, kata (mungkin) di atas lebih tepat diganti menjadi SEBENARNYA!
Islam sekarang ini diuji dengan fitnah yang sangat berat. Barat mendengar Islam yang identik dengan kata: teroris, kejam terhadap perempuan, fundamental, radikal, sadis, brutal, dan sentimen negatif lainnya.
Sayangnya, masyarakat Barat hanya menjadi konsumen berita yang hanya menerima dan mengiyakan saja informasi di atas. Banyak dari mereka yang langsung percaya tanpa klarifikasi dan cek ulang terhadap informasi yang mereka dengar. Akhirnya, mereka pun tidak mengenal Islam, atau, mengenal Islam tapi dalam gambaran yang salah.
Mereka salah, dong?
Tidak. Kita juga salah!
Jika dakwah kita mampu menyaingi derasnya arus media yang salah dalam menggambarkan Islam, pasti masyarakat Barat tidak akan salah paham terhadap Islam. Sekarang pertanyaannya: mana yang lebih deras, dakwah Islam yang benar ATAU media yang penuh dengan fitnah?
Tentu, dakwah kalah deras.
Dakwah sekarang ini kalah karena tidak ada yang mau memperjuangkannya. Umat Islam merasa bahwa dakwah hanyalah tugas para ulama cendekia. Sedangkan, umat Islam dengan ilmu pas-pasan tidak berkewajiban untuk berdakwah. Padahal, itu adalah kewajiban SETIAP muslim.
Jadi, masih menolak kewajiban dakwah?

Cara Berdakwah

Dakwah memiliki banyak sekali ragam dan bentuk.
Dakwah tidak melulu berupa pidato panjang lebar di depan publik. Dakwah secara garis besar memiliki 3 macam utama:
  1. Dakwah bil-qoul         دعوة بالقوول
  2. Dakwah bil-hal           دعوة بالحال
Pertama, dakwah bil-qoul. Artinya adalah mengajak dengan lisan. Nasihat, pidato, sindiran, ajakan adalah bentuk dari dakwah yang pertama ini. Tentunya, pendakwah harus mampu menyampaikannya dengan cara yang tepat kepada orang yang tepat di saat yang tepat. Kesalahan metode dalam berdakwah akan berujung pada kegagalan.
Kedua, dakwah bil-hal. Artinya dakwah dengan perbuatan, aksi, dan tindakan yang nyata. Hal ini merupakan tindak lanjut dari dakwah yang pertama. Sangat sia-sia dan mengecewakan, kita menyeru pergi ke masjid, sementara kita masih shalat jamaah di kamar. Dakwah ini juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penerima dakwah, meskipun tidak didahului dengan dakwah dengan lisan.
Ringkasnya, dakwah memiliki banyak cara yang bisa kita tempuh.
Shalat di masjid berjamaah tepat waktu adalah dakwah bagi teman sekamar.
Berkata lemah lembut dan berbuat baik adalah dakwah yang efektif terhadap non-muslim yang lebih tua.
Mengucapkan salam adalah dakwah yang paling mudah ketika bertemu teman di jalan.
Dakwah itu mudah, bukan?

Metode Dakwah ala Qur'an

Qur'an telah mengajarkan dari ayat pertama di atas:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (mau'izoh hasanah) dan bantahlah (debat) mereka dengan cara yang baik...” (QS. An-Nahl:125).
Ada 3 cara di atas:
  1. Hikmah
  2. Mauizoh Hasanah
  3. Mujadalah
Metode pertama, hikmah, adalah menyampaikan 'ucapan yang tepat dan benar' serta dapat diterima oleh rasio/akal. Cara ini tepat untuk orang-orang intelektual yang berpikir kritis.
Mauizoh hasanah, merupakan ajakan dan nasihat yang baik, lemah-lembut, dapat menyentuh hati dan perasaan, serta mudah dipahami. Metode ini sangat cocok untuk orang awam, yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam. Di antara bentuknya adalah motivasi, pujian, dan peringatan.
Terakhir, mujadalah, yang artinya adalah bertukar pikiran, dialog, diskusi, atau debat guna mendorong supaya berpikir secara sehat dan menerima kebenaran (Islam) dengan cara menyampaikan argumentasi yang lebih baik untuk mengatasi argumentasi lawan debat. Cara demikian cocok buat golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan tersebut. Perdebatan disampaikan dengan cara yang lembut, bukan cara yang keras dan kasar.
Dalam hadis nabi juga mengajarkan cara berdakwah:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلكَ أَضْعَفُ الِإيْمَانِ
-
رواه مسلم -
“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)
Tangan artinya kekuasaan dari seorang pemimpin atau pihak berwenang.
Lisan artinya dengan ucapan, tulisan, artikel, demonstrasi, spanduk, poster, dan media lain.
Hati artinya tidak menyetujui kemungkaran dalam kalbu, tetapi tidak memiliki kekuatan mengubahnya dengan tangan maupun lisan.

Dakwah Modern

Media dakwah sekarang tidak hanya terbatas pada lisan dan hubungan langsung antar manusia. Melalui media modern kita bisa berdakwah dengan mudah, bahkan dengan jangkauan yang lebih luas.
Jenis media modern di antaranya:
  1. Media Audio
    Radio, podcast, lagu, nasyid, rekaman ceramah, telefon, interkom, pengeras suara.
  2. Media Visual
    Televisi, film, iklan, sinetron, short-movie, video.
  3. Media Cetak
    Koran, majalah, tabloid, buletin, poster, stiker, banner, baliho, mading, buku.
  4. Media Online
    Facebook, Twitter, website, mailing-list, streaming (ceramah/radio/TV), e-mail, blog, chat Skype.
Media di atas bisa kita manfaatkan sebagai alternatif dari pidato dan ceramah di masjid, majlis taklim, balai pertemuan, atau tempat publik lainnya.

Jadi?

Manusia modern punya banyak cara dalam berdakwah. Tidak ada lagi alasan untuk menolak untuk berdakwah. Ini adalah kewajiban untuk setiap muslim yang harus disampaikan, sekecil apapun itu.
Semua macam dakwah memiliki 2 pesan utama: Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar.
Menyeru dan menyuruh kepada hal yang ma'ruf (kebaikan), serta melarang dan mencegah dari hal yang mungkar (keburukan).
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan:
"Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya" (H.R. Muslim)
"Bahwasanya manusia itu bila mengetahui orang berbuat zalim kemudian mereka tidak mengambil tindakan, maka Allah akan meratakan siksaan kepada mereka semua" (H.R. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa'i).
"Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, kamu harus sungguh-sungguh menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran, kalau tidak Allah akan menurunkan siksaan kepadamu, kemudian kamu berdoa kepadaNya, maka tidak akan dikabulkan doamu itu" (H.R. Tirmidzi).
Akhir kata, kita kutip kata dari sang penakluk dari Prancis, Napoleon Bonaparte:
"Hancurnya sebuah negara bukan karena banyaknya orang jahat yang ada di dalam negara itu, tetapi karena diamnya orang-orang baik.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar