Sabtu, 12 November 2016

7 Mitos Belajar Santri Gontor

Mandi sebelum ujian = Ilmu Luntur
Banyak Santri percaya ketika mandi, ilmu kita ikut luntur bersama shampoo di kepala kita.  Mari kita pikirkan baik-baik, bagaimana air yang mengguyur sekujur tubuh kita, membersihkannya dari segala macam kuman, bisa melunturkan seluruh ilmu yag kita pelajari 6 bulan? Ilmu itu suatu hal yang berada di benak kita bukan kulit kita. Ini mitos yang benar-benar sesat, dan menyesatkan. Jangan biarkan pengawas ujian, dan teman anda  “tersiksa” dengan bau anda! Jangan gunakan target nilai 9 anda untuk menghalalkan segala cara! apalagi sampai merusak konsentrasi teman dengan bau anda.

Belajar Dari Terjemahan
Soalnya pakai bahasa Arab, jawabnya juga pakai bahasa Arab. Paham, sih paham tapi kalau belajar dari terjemahan, bgaimana bisa memahami soal? Apalagi menjawabnya. Lebih-lebih pak Kyai sudah melarang dengan keras, bisa-bisa ilmu kita tidak diridhoi lho. Anehnya banyak sekali anak Gontor begitu jihadnya membuat, dan mengedarkan terjemahan ini, dari Reading, Mantiq, Fiqh, Muthola’ah, dan yang paling banyak adalah Mahfuzhot. Jangan lupa baca Qur’annya ya

Belajar dari Fotokopian Teman
Penulis pernah menemukan sebuah catatan seluruh pelajaran lngkap, begitu niatnya dia membuat catatan tersebut, sampai diberi halaman, dan daftar isi, bahkan ada kata pengantarnya segala WOW!. Entah siapa, dan sejak kapan namun catatan lengkap ini telah menembus zaman, dan dipakai ribuan santri dari berbagai angkatan. Sama seperti Terjemahan, Pak Kyai juga melarang hal ini. Ingat! Ridho guru tidak kalah penting dengan orangtua.

Kecerdasan Meningkat 5 Menit Sebelum Ujian
Seperti yang kita tahu dari film-film sci-fi, bahwasanya manusia hanya menggunakan otaknya kurang dari 10%. Sebgian santri Gontor percaya bahwa otak akan bekerja maksimal 90% sejak 5 menit sebelum bel berbunyi, dan akan mencapai titik 100% ketika bel telah berbunyi. Ketika itulah kemampuan membaca, memahami, dan menghafal mencapai puncaknya. Beberapa santri bahkan mulai meneliti bagaimana membawa momen ini ke hari-hari biasa demi memaksimalkan belajar mereka.

Mengetuk-ngetukkan Buku Ke Kepala
Ini adalah yang dilakukan entah dia fasl fawq maupun fasl taht . Mengetuk-ngetukkan buku ke kepala sebelum masuk ruang ujian adalah ritual tersendiri bagi sebgian orang. Dipercaya bahwa ini adalah suata jalan pintas untuk mengulang semua materi  di buku tersebut, diyakini pula ini mampu menguatkan hafalan seseorang karena ketika diketuk-ketukkan ilmu dari buku itu akan jatuh masuk ke dalam pikiran kita.

“ Dia Punya Laduni”
“Dia punya laduni” Itulah kata-kata yang sering kita ucapkan pada teman kita fasl fawq, yang sepertinya tidak pernah belajar, pagi tidur, di kelas tidur, belajar malam tidur, tapi nilainya ranking 1. Laduni itu kan adalah karomah untuk seorang waliyullah ya, kalo si ranking satu ini nggak pernah maksiat, tahajjud, doa, puasa daud, puasa senin kamis nggak pernah putus, bisa saja. Tapi bisa jadi dia hanya belajar dengan cara yang berbeda dengan kita, atau di waktu-waktu yang berbeda dengan kita. Seperti teman penulis yang membuat rangkuman di kertas tasyreh, dan kutaib. Atau justru ketika kebanyakan santri tidur dia belajar.

Fasl  Taht Abadi
Ada sebuah dogma di kalangan santri Gontor, apabila ketika kelas 2 atau 3 intensif dia kelas bawah, maka sampai kelas 6 pun dia akan kelas bawah. Ini salah besar, penulis memiliki teman , yang karena nilainya sangat kecil, menghuni kelas 5O. Dia mendapat kelas 5O murni karena nilainya bukan karena suluk. Tapi dengan kekuatan kerja keras, dan persahabatan dia berhasil mendapatkan kelas 6C. Terbukti kan? Penghuni kelas bawah bukan karena bodoh, tapi karena malas belajar.