Ketika
kita mendengar kata dakwah, bayangan kita mungkin menuju kepada
Jamaah Tabligh. “Dakwah 'kan hanya tugasnya para da'i!”,
tolak sebagian kaum muslim. Benarkah?
Kewajiban Yang Terlupa
Dakwah berasal dari kata da'aa – yad'uu yang artinya ”mengajak”
atau ”menyeru”. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau
menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di jalan Allah Swt,
berdasarkan ayat Al-Quran:
ادْعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
ۚ
“ Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS.
An-Nahl:125).
Setiap perkataan,
pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit ataupun implisit
mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam), perbuatan
baik, amal saleh, atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam,
dapat disebut dakwah.
Dalam perspektif komunikasi,
dakwah termasuk dalam kategori komunikasi persuasif, yakni komunikasi
yang bersifat membujuk, mengajak, atau merayu, semakna dengan makna
dasar dakwah, yakni mengajak atau menyeru. Dengan kata lain, seperti
iklan komersial yang mengajak orang untuk membeli barang. Bedanya,
dakwah itu bagaikan 'iklan' yang mengajak orang untuk mengikuti jalan
Allah: Al-Qur'an dan Sunnah.
Tugas
Setiap Muslim
Dakwah bukan hanya tugas seorang
da'i.
Dakwah
juga tidak harus menunggu seseorang memiliki ilmu agama yang
mendalam. Ilmu sekecil apapun yang kita miliki bisa menjadi materi
dakwah.
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
بَلِّغُوْا
عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً (رواه
البخاري)
Sampaikanlah
(apapun) dariku, walaupun hanya sepotong ayat. (HR Bukari)
Rasul
shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadis ini menjelaskan pentingnya
perintah menyampaikan Islam sebanyak yang kita tahu, walaupun hanya
satu ayat.
Satu
ayat itu hal yang kecil, sedikit, dan sangat mudah.
Tetapi,
Nabi tetap memandang sesuatu yang kecil itu HARUS disampaikan.
Tepatnya, ilmu apapun yang kita miliki tentang kebenaran, apalagi
masalah agama, sampaikanlah kepada orang lain. Atau dengan kata lain,
'BERDAKWAHLAH'!
Kita
hanya tahu satu hadis, sampaikan!
Kita
hanya tahu cara wudlu yang benar, sampaikan!
Kita
hanya tahu shaf itu harus rapat, sampaikan!
Kita
hanya tahu belajar menuntut ilmu itu wajib, sampaikan!
Kita
hanya tahu laki-laki itu wajib shalat 5 waktu di masjid, sampaikan!
Sekecil
apapun itu, selama itu bernilai kebenaran, sampaikanlah kepada orang
lain. Menyampaikan kepada orang lain itu adalah misi utama dari
DAKWAH.
Lalu,
APA HUKUMNYA?
Hukum
dakwah bagi yang mengetahui kebenaran adalah WAJIB.
Jangan
putus asa dulu, baca terus...
Akibat
Dakwah Berhenti
Kalau
kita pikir-pikir kembali, orang Barat mati dalam keadaan kafir itu,
bukan kesalahan mereka sendiri.
Mereka
kafir karena (mungkin) mereka belum mengenal Islam.
Mereka
kafir karena (mungkin juga) mereka tahu Islam, tapi dalam
gambaran yang salah dari media massa.
Mereka
kafir karena (mungkin) tidak ada yang mengenalkan dan
mengajarkan mereka Islam yang sesungguhnya.
Ketahuilah,
kata (mungkin) di atas lebih tepat diganti menjadi SEBENARNYA!
Islam
sekarang ini diuji dengan fitnah yang sangat berat. Barat mendengar
Islam yang identik dengan kata: teroris, kejam terhadap perempuan,
fundamental, radikal, sadis, brutal, dan sentimen negatif lainnya.
Sayangnya,
masyarakat Barat hanya menjadi konsumen berita yang hanya menerima
dan mengiyakan saja informasi di atas. Banyak dari mereka yang
langsung percaya tanpa klarifikasi dan cek ulang terhadap informasi
yang mereka dengar. Akhirnya, mereka pun tidak mengenal Islam, atau,
mengenal Islam tapi dalam gambaran yang salah.
Mereka
salah, dong?
Tidak.
Kita juga salah!
Jika
dakwah kita mampu menyaingi derasnya arus media yang salah dalam
menggambarkan Islam, pasti masyarakat Barat tidak akan salah paham
terhadap Islam. Sekarang pertanyaannya: mana yang lebih deras, dakwah
Islam yang benar ATAU media yang penuh dengan fitnah?
Tentu,
dakwah kalah deras.
Dakwah
sekarang ini kalah karena tidak ada yang mau memperjuangkannya. Umat
Islam merasa bahwa dakwah hanyalah tugas para ulama cendekia.
Sedangkan, umat Islam dengan ilmu pas-pasan tidak berkewajiban untuk
berdakwah. Padahal, itu adalah kewajiban SETIAP muslim.
Jadi,
masih menolak kewajiban dakwah?
Cara Berdakwah
Dakwah
memiliki banyak sekali ragam dan bentuk.
Dakwah
tidak melulu berupa pidato panjang lebar di depan publik. Dakwah
secara garis besar memiliki 3 macam utama:
-
Dakwah
bil-qoul دعوة
بالقوول
-
Dakwah
bil-hal دعوة
بالحال
Pertama,
dakwah bil-qoul. Artinya adalah mengajak dengan lisan. Nasihat,
pidato, sindiran, ajakan adalah bentuk dari dakwah yang pertama ini.
Tentunya, pendakwah harus mampu menyampaikannya dengan cara yang
tepat kepada orang yang tepat di saat yang tepat. Kesalahan metode
dalam berdakwah akan berujung pada kegagalan.
Kedua,
dakwah bil-hal. Artinya dakwah dengan perbuatan, aksi, dan tindakan
yang nyata. Hal ini merupakan tindak lanjut dari dakwah yang pertama.
Sangat sia-sia dan mengecewakan, kita menyeru pergi ke masjid,
sementara kita masih shalat jamaah di kamar. Dakwah ini juga memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap penerima dakwah, meskipun tidak
didahului dengan dakwah dengan lisan.
Ringkasnya,
dakwah memiliki banyak cara yang bisa kita tempuh.
Shalat
di masjid berjamaah tepat waktu adalah dakwah bagi teman sekamar.
Berkata
lemah lembut dan berbuat baik adalah dakwah yang efektif terhadap
non-muslim yang lebih tua.
Mengucapkan
salam adalah dakwah yang paling mudah ketika bertemu teman di jalan.
Dakwah
itu mudah, bukan?
Metode
Dakwah ala Qur'an
Qur'an
telah mengajarkan dari ayat pertama di atas:
“ Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik (mau'izoh hasanah) dan
bantahlah (debat) mereka dengan
cara yang baik...” (QS. An-Nahl:125).
Ada
3 cara di atas:
-
Hikmah
-
Mauizoh
Hasanah
-
Mujadalah
Metode pertama,
hikmah, adalah menyampaikan 'ucapan yang tepat dan benar'
serta dapat diterima oleh rasio/akal. Cara ini tepat untuk
orang-orang intelektual yang berpikir kritis.
Mauizoh hasanah,
merupakan ajakan dan nasihat yang baik, lemah-lembut, dapat menyentuh
hati dan perasaan, serta mudah dipahami. Metode ini sangat cocok
untuk orang awam, yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam. Di
antara bentuknya adalah motivasi, pujian, dan peringatan.
Terakhir, mujadalah,
yang artinya adalah bertukar
pikiran, dialog, diskusi, atau debat guna mendorong supaya berpikir
secara sehat dan menerima kebenaran (Islam) dengan cara menyampaikan
argumentasi yang lebih baik untuk mengatasi argumentasi lawan debat.
Cara demikian cocok buat golongan yang tingkat kecerdasannya di
antara kedua golongan tersebut. Perdebatan disampaikan dengan cara
yang lembut, bukan cara yang keras dan kasar.
Dalam
hadis nabi juga mengajarkan cara berdakwah:
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلكَ أَضْعَفُ
الِإيْمَانِ
-
رواه
مسلم -
“Barang siapa di
antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah
(mengingkari) dengan tangannya, jika tidak
mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya,
jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya,
dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)
Tangan artinya
kekuasaan dari seorang pemimpin atau pihak berwenang.
Lisan artinya dengan
ucapan, tulisan, artikel, demonstrasi, spanduk, poster, dan media
lain.
Hati artinya tidak
menyetujui kemungkaran dalam kalbu, tetapi tidak memiliki kekuatan mengubahnya
dengan tangan maupun lisan.
Dakwah
Modern
Media
dakwah sekarang tidak hanya terbatas pada lisan dan hubungan langsung
antar manusia. Melalui media modern kita bisa berdakwah dengan mudah,
bahkan dengan jangkauan yang lebih luas.
Jenis
media modern di antaranya:
-
Media
Audio
Radio, podcast, lagu,
nasyid, rekaman ceramah, telefon, interkom, pengeras suara.
-
Media
Visual
Televisi, film,
iklan, sinetron, short-movie, video.
-
Media
Cetak
Koran, majalah,
tabloid, buletin, poster, stiker, banner, baliho, mading, buku.
-
Media
Online
Facebook,
Twitter, website, mailing-list, streaming (ceramah/radio/TV),
e-mail, blog, chat Skype.
Media
di atas bisa kita manfaatkan sebagai alternatif dari pidato dan
ceramah di masjid, majlis taklim, balai pertemuan, atau tempat publik
lainnya.
Jadi?
Manusia
modern punya banyak cara dalam berdakwah. Tidak ada lagi alasan untuk
menolak untuk berdakwah. Ini adalah kewajiban untuk setiap muslim
yang harus disampaikan, sekecil apapun itu.
Semua
macam dakwah memiliki 2 pesan utama: Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar.
Menyeru
dan menyuruh kepada hal yang ma'ruf (kebaikan), serta melarang
dan mencegah dari hal yang mungkar (keburukan).
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan:
"Barangsiapa
yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka ia mendapat pahala
seperti orang yang mengerjakannya"
(H.R. Muslim)
"Bahwasanya
manusia itu bila mengetahui orang berbuat zalim kemudian mereka tidak
mengambil tindakan, maka Allah akan meratakan siksaan kepada mereka
semua" (H.R. Abu
Daud, Tirmidzi dan Nasa'i).
"Demi
Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, kamu harus
sungguh-sungguh menyuruh kebaikan dan mencegah
kemunkaran, kalau tidak Allah akan menurunkan siksaan kepadamu,
kemudian kamu berdoa kepadaNya, maka tidak akan dikabulkan doamu itu"
(H.R. Tirmidzi).
Akhir
kata, kita kutip kata dari sang penakluk dari
Prancis, Napoleon
Bonaparte:
"Hancurnya
sebuah negara bukan karena banyaknya orang jahat yang ada di dalam
negara itu, tetapi karena diamnya orang-orang baik.”