Selasa, 04 Agustus 2015

Sebuah Poros Bernama Komitmen

Hidup tak selamanya diam, seperti air yang tak selamanya tergenang tanpa riak, selalu ada hal yang menjadikan anugerah Allah yang satu ini bergelombang. Keras atau lembut, kasar ataupun halus, gelombang ini akan setia menjadi bukti dinamika, dinamika kehidupan yang menghasilkan satu di antara dua output: maju atau menyerah, untuk kemudian menang atau kalah.

Kita memerlukan banyak sekali petunjuk jalan sepanjang lajur hidup kita, juga map dan peta super lengkap demi menuntun kita pada tujuan hidup yang sebenarnya. Akan banyak sekali kerikil maupun batu besar sekalipun yang siap menghadang, tak terkecuali di pondok ini. Kadang kita merasa lelah, kemudian berhenti. Atau malas kemudian mundur, padahal di depan masih banyak yang harus kita hadapi, masih ada badai yang mesti kita tembus.

Dalam perjalanan seperti ini, kita tentu membutuhkan api bisa terus benderang meski dalam badai, tetap terang meski tenggelam dalam air, api yang yang senantiasa menyulut semangat kita agar tetap menjadi 'dreamer' yang konsisten. Kita membutuhkan api yang bernama komitmen.

Jill Koenig, salah satu ahli strategi asal Amerika pernah membuat kutipan: “Commitment is the glue that bonds you to your goal.” Artinya, komitmen adalah 'lem' yang mengikat anda pada tujuan anda.
Komitmen  secara tak sadar bisa menjadi elemen penting dalam kelangsungan perjalanan hidup kita. Secara nalar, memang hidup ini tak selalu diiringi oleh komitmen, namun dalam sadar, kita mampu melihat bahwa setiap keinginan yang kita tuliskan, tekad yang ingin kita tuju telah menancapkan paku-paku komitmen dalam diri kita untuk meraih hal tersebut.

Islam tak lupa juga dalam menekankan hal ini. Islam menganjurkan umatnya agar selalu istiqomah dalam kebaikan, seperti yang disebutkan dalam permulaan surat Hud ayat 112:

فَٱستَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
“Maka tetaplah (Beristiqomahlah) kamu pada jalan yang benar”
 
Menjadi hamba yang istiqomah tak akan terwujud kecuali kita menanamkan komitmen dalam diri kita, komitmen untuk selalu berbuat baik, komitmen untuk selalu membahagiakan orang di sekeliling kita, dan banyak komitmen lainnya.

Contoh, jika kita merasa banyak waktu kita yang terbuang sia-sia, merasa nyaman dengan kekosongan kita, atau mungkin terdetik bahwa yang kita lakukan selama ini tak ada gunanya, maka mari kita membuat komitmen yang berkaitan dengan hal itu.

Katakan pada diri sendiri atau tuliskan pada secarik kertas : “To Make All Seconds Precious, And Nothing Waste At Any”. Menjadikan setiap detik berharga, dan tidak satupun terlalui sia-sia. Tataplah lamat-lamat tulisan itu dan tanam dalam benak kita, kemudian siramilah dengan terus mengatakannya pada diri sendiri, niscaya komitmen itu akan menjadi tumbuhan yang menjulang dalam taman hidup kita.

Apakah sulit untuk merubah kebiasaan lama yang cenderung statis? Memang. Tapi perhatikanlah kata-kata dari Dr. Rob Gilbert berikut:

“First we form habits then they form us. Conquer your bad habits, or they will eventually conquer you.”

Maksud di sini adalah, kita sendiri yang harus memaksakan diri kita untuk membuat suatu kebiasaan. Kebiasaan tidur di pagi hari mungkin karena kita pada awalnya mencoba untuk melakukannya satu atau dua kali. Karena terlalu menikmatinya, akhirnya secara tidak sadar kita telah menjadikannya sebagai kebiasaan buruk kita.

Rob menambahkan di kalimat keduanya untuk mengalahkan kebiasaan buruk kita, karena apabila kita membiarkannya maka pada akhirnya keburukan itulah yang akan menguasai kita.

Jadi, marilah kita mulai berkomitmen untuk merubah kebiasaan buruk kita, serta memulai untuk membuat komitmen-komitmen untuk berbuat kebaikan. Karena sesungguhnya komitmen adalah sebuah titik yang akan menjadi poros dari bagaimana kehidupan kita akan berlangsung, juga pegangan yang akan kita genggam untuk mencapai impian masing-masing.

Karya apa pun tidak akan pernah jadi tanpa adanya tulisan yang disusun dengan komitmen yang tinggi. Sebagaimana kita ingat pepatah lama: Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.
Masih ragu untuk berkomitmen dan memelihara kebiasaan buruk? Lihat saja hasilnya di masa yang akan datang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar