Minggu, 16 Agustus 2015

Perang Sistem Pendidikan

Kemajuan suatu bangsa terletak pada tsaqofah dan madaniyah. Tsaqofah adalah gerakan yang tidak tampak tapi memiliki pengaruh yang sangat dahsyat, contohnya membina, mendidik, menegakkan disiplin, memotivasi dan sebagainya.

Madaniyah adalah gerakan yang tampak juga mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi kehidupan, contohnya adalah pembangunan jalan, masjid, balai pertemuan, alat transportasi dan sebagainya. Dua gerakan tersebut, jika integrit akan menjadi kekuatan yang hebat, yang dinamakan dengan hadhoroh.

Mengingat pentingnya gerakan tersebut, maka segala potensi dan upaya untuk meningkatkan kualitas diperlukan. Wadah yang tepat untuk itu adalah institusi pendidikan.

Institusi manapun dan apapun baik formal, informal dan non formal, tradisional dan modern, pasti memiliki standar operasional dan sistem dalam melaksanakan gerakan-gerakan tsaqofah. Pendidikan nasional memiliki sistem pendidikan sendiri, baik manajemen, pembinaan bahkan sistem ukur hasil proses belajar akhir melalui UAN. Lembaga pendidikan tradisional, seperti pondok salafiyah juga memiliki sistem, manajemen, pembinaan dan pengajaran sendiri.

Lembaga pendidikan pesantren salafiyah secara manajemen dikelola oleh kyainya. Sementara pembinaan terhadap santri hanya difokuskan pada pembinaan aqidah tauhid. Tidak tampak banyak pembangunan karakter (character building). Adapun pengajarannya, hanya difokuskan pada penguasan terhadap buku turost atau kitab kuning yang mengunakan sistem sorogan sebagai sistem tranformasinya.

Adapun lembaga pendidikan pesantren modern seperti Gontor juga memiliki sistem yang spesifik dalam melaksanakan gerakan-gerakan tsaqofah tarbawiyah. Sistem pendidikan Gontor diciptakan untuk kehidupan maka sistem pendidikan Gontor itu sifatnya holistis dan komprehensif (jaami' syamil). Bukan hanya untuk kepentingan akademis saja, tetapi juga untuk pembentukan karakter, bahkan sampai menyentuh kepentingan kelangsungan hidup santri di pondok dan di masyarakat kelak.

Ada beberapa sistem kunci yang diterapkan Gontor dalam menggerakkan dan menata totalitas kehidupan. Sistem-sistem tersebut adalah:
1.    Sistem pengajaran
2.    Sistem kepemimpinan
3.    Sistem pendanaan
4.    Sistem kaderisasi
5.    Sistem kesejahteraan
6.    Sistem kepengasuhan

Sistem-sistem tersebut di atas senantiasa dipertahankan oleh Gontor secara konsisten dan tidak berubah-ubah meskipun mengalami perubahan pelaksananya dari generasi ke generasi. Dalam hal ini, Gontor menganut teguh prinsip “al-muhafadzoh 'alal qodimis sholih wal ahdzu bil jadiidil aslah”.

Berbeda dengan Gontor, sistem pendidikan dan pengajaran di luar Gontor selalu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan selera decision maker atau pemimpinnya. Sebagai contohnya, ketika menteri pendidikan atau dirjen pendidikan berganti baru, maka sistem pendidikannya ikut berubah pula. Padahal sistem lama belum sempurna penerapannya dan aplikasinya bahkan hasilnya pun belum ada.

Di pesantren selain Gontor perubahan-perubahan sistem diatas juga kerap terjadi ketika kyai atau pimpinannya meninggal dunia dan digantikan orang lain.

Selain itu, ada lagi perbedaan lain yang signifikan. Sistem-sistem Gontor tersebut lahir dari pengalaman dan penciptaan dinamika kehidupan secara totalitas; bukan dari teori ahli pendidikan. Sebaliknya, sistem-sistem di luar Gontor bersumber (referensinya) dari teori-teori yang diciptakan ahli-ahli pendidikan yang belum tentu sesuai dengan kemampuan dan kondisi lembaga pendidikan tersebut.

Kalau diamati dan dianalisa secara mendalam, dengan adanya sistem-sistem pendidikan yang variatif dan berbeda dalam institusi-institusi pendidikan dapat disimpulkan bahwa sebenarnya telah terjadi perang sistem pendidikan “antara pendidikan umum atau nasional dengan pendidikan pesantren”. Hanya peperangan tersebut tidak terlihat secara fisik.

Pemenang “perang sistem pendidikan” tersebut dapat diklaim oleh Gontor, karena konsistensinya, pendidikan Gontor dari waktu ke waktu dianggap baik serta diterima oleh masyarakat. Buktinya kepercayaan masyarakat terhadap Gontor semakin besar dengan indikasi santrinya bertambah terus, sehingga Gontor mengembangkan kemampuannya sampai 20 cabang.

Sistem-sistem itu dapat dikatakan baik atau buruk, kuat atau lemah, apabila melalui proses-proses berikut ini:
1.    Sistem diuji kelayakannya dengan cara dibandingkan dengan sistem lain
2.    Memiliki ketahanan atau tidak
3.    Memiliki hasil
4.    Alumninya mampu bersaing di masyarakat
 
Sistem pendidikan Gontor telah teruji selama kurang lebih 89 tahun dan tetap konsisten tanpa ada intervensi pihak lain dan tanpa berkiblat kepada sistem pendidikan nasional atau luar negeri. Bahkan Departemen Pendidikan Nasional dan Agama telah memberi persamaan setingkat menengah dan aliyah tanpa mengikuti UAN dan kurikulum mereka.

Selain bertahan, sistem pendidikan di Gontor yang dibangun  di atas jiwa dan filsafat, mampu menghasilkan SDM yang idealis, bahkan alumninya mampu bersaing di masyarakat. Seperti menduduki jabatan, ketua organisasi besar Indonesia (NU dan Muhammadiyah), ada pula yang menjabat sebagai menteri agama, ketua MPR, rektor dan sebagainya.

Kamis, 13 Agustus 2015

Hidup Berlandaskan 5 Pilar Pondok Modern


Dinamika kehidupan gontor yang dinamis menjadikan santrinya untuk tampil militan dimasyarakat. Telah banyak alumni Gontor yang menjadikan kehidupan Gontor sebagai acuan dalam kehidupan dimasyarakat. Maka tak heran apabila banyak di antara alumni Gontor yang berkiprah dan terlihat lebih menonjol diantara lainnya.

Kepribadian militan terlahir dari semua kegiatan yang berjalan  berdasarkan nilai - nilai yang terdapat dalam jiwa dan filsafat hidup Pondok Modern Darussalam Gontor.

Saat seminar pondok pesantren se-Indonesia tahun 1965 di Yogyakarta KH Imam Zarkasyi, salah satu Trimurti pendiri Gontor, mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam pesantren bukanlah pelajarannya semata-mata, melainkan juga jiwanya. Jiwa itulah yang akan memelihara kelangsungan hidup pesantren dan menentukan filsafat hidupnya. KH Imam Zarkasyi menuangkan perkataanya tersebut dalam panca jiwa pondok modern. Kelima jiwa tersebut adalah: keikhlasan, kesederhanaan, kesanggupan menolong diri sendiri (zelp help) atau berdikari (berdiri diatas khaki sendiri), ukhuwah islamiyah, dan kebebasan. Panca jiwa inilah yang menjadi filsafat hidup Pondok Modern Darussalam Gontor. Hal inilah yang menarik seorang Menteri Wakaf Mesir Syeikh Hasan Baquri untuk berkunjung ke Pondok Modern Gontor tahun 1956, beliau mengatakan: “Saya tidak tertarik melihat banyaknya santri di Pondok ini, tetapi yang membuat saya tertarik adalah Pondok Modern Gontor mempunyai jiwa dan filsafat hidup yang akan menjamin kelangsungan hidupnya.”

Jiwa dan filsafat yang telah menjadi satu menjadikanya salah satu kekuatan Gontor sehingga bisa tumbuh dan berkembang hingga saat ini.
  
1.  Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Seorang Kyai ikhlas medidik dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan serta para santri yang ikhlas dididik. Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang ikhlas dididik. Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat. Jiwa ini menjadikan santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapanpun.

2.  Jiwa Kesederhanaan
Jiwa kesederhanaan ini mengandung arti agung, dan bukan berarti pasif (bahasa jawa=narimo). Bukan juga berati suatu kemiskinan ataupun kemelaratan. Akan tetapi sederhana dalam konteks ini adalah sesuai kebutuhan dan mengandung unsur kekuatan atau ketabahan hati serta penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan. Hasil di balik jiwa kesederhanaan ini adalah akan terpancarnya jiwa besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundur dalam segala keadaan. Selain itu juga akan tumbuh dari jiwa keikhlasan ini mental/karakter yang kuat yang menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala kehidupan.

3.  Jiwa Berdikari (berdiri diatas kaki sendiri)
Jiwa ini merupakan senjata ampuh dalam pendidikan di dalam pondok modern. Jiwa Berdikari bukan saja berarti dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri tetapi juga pondok pesantren itu sendiri tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan orang lain. Hal inilah yang dinamakan sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai (zelp berdruifing systeem). Tetapi tidak berarti bersikap kaku dengan tidak menerima bantuan dari orang yang hendak membantu.

4.  Jiwa Ukhuwwah Islamiah
Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di lapangan kehidupan yang sesungguhnya.

5.  Jiwa Bebas
Arti bebas disini dititikberatkan pada berpikir, berbuat, dan menentukan masa depannya; bebas dalam artian tetap terjaga dalam lingkaran kebaikan. Sebagaimana bapak kyai selalu berpesan “kebebasan seseorang selalu terbatasi dengan kebebebasan orang lain”. Dengan prinsip jiwa bebas ini para santri bebas dalam memilih dan menentukan jalan hidupnya di masyarakat kelak, dengan jiwa besar dan optimis dalam menghadapi kesulitan.

Lima panca jiwa ini yang selalu dijadikan para penghuni Gontor sebagai landasan utama dalam menjalankan kegiatan sehingga membuat gontor selalu dinamis dan dapat memunculkan slogan “al-ma'hadu laa yanaamu abadan” dan diharapkan bagi para santri menjadi seorang yang militan dan dapat menjadi pemimpin umat yang baik  untuk masyarakat.

Minggu, 09 Agustus 2015

Panca Jiwa Pondok Modern

Dinamika kehidupan gontor yang dinamis menjadikan santrinya untuk tampil militan dimasyarakat. Telah banyak alumni Gontor yang menjadikan kehidupan Gontor sebagai acuan dalam kehidupan dimasyarakat. Maka tak heran apabila banyak di antara alumni Gontor yang berkiprah dan terlihat lebih menonjol diantara lainnya.
 
Kepribadian militan terlahir dari semua kegiatan yang berjalan  berdasarkan nilai - nilai yang terdapat dalam jiwa dan filsafat hidup Pondok Modern Darussalam Gontor.
Saat seminar pondok pesantren se-Indonesia tahun 1965 di Yogyakarta KH Imam Zarkasyi, salah satu Trimurti pendiri Gontor, mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam pesantren bukanlah pelajarannya semata-mata, melainkan juga jiwanya. Jiwa itulah yang akan memelihara kelangsungan hidup pesantren dan menentukan filsafat hidupnya. KH Imam Zarkasyi menuangkan perkataanya tersebut dalam panca jiwa pondok modern. Kelima jiwa tersebut adalah: keikhlasan, kesederhanaan, kesanggupan menolong diri sendiri (zelp help) atau berdikari (berdiri diatas khaki sendiri), ukhuwah islamiyah, dan kebebasan. 

Panca jiwa inilah yang menjadi filsafat hidup Pondok Modern Darussalam Gontor. Hal inilah yang menarik seorang Menteri Wakaf Mesir Syeikh Hasan Baquri untuk berkunjung ke Pondok Modern Gontor tahun 1956, beliau mengatakan: “Saya tidak tertarik melihat banyaknya santri di Pondok ini, tetapi yang membuat saya tertarik adalah Pondok Modern Gontor mempunyai jiwa dan filsafat hidup yang akan menjamin kelangsungan hidupnya.”
 
Jiwa dan filsafat yang telah menjadi satu menjadikanya salah satu kekuatan Gontor sehingga bisa tumbuh dan berkembang hingga saat ini.
  
1.  Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Seorang Kyai ikhlas medidik dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan serta para santri yang ikhlas dididik. Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang ikhlas dididik. Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat. Jiwa ini menjadikan santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapanpun.
 
2.  Jiwa Kesederhanaan
Jiwa kesederhanaan ini mengandung arti agung, dan bukan berarti pasif (bahasa jawa=narimo). Bukan juga berati suatu kemiskinan ataupun kemelaratan. Akan tetapi sederhana dalam konteks ini adalah sesuai kebutuhan dan mengandung unsur kekuatan atau ketabahan hati serta penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan. Hasil di balik jiwa kesederhanaan ini adalah akan terpancarnya jiwa besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundur dalam segala keadaan. Selain itu juga akan tumbuh dari jiwa keikhlasan ini mental/karakter yang kuat yang menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala kehidupan.
 
3.  Jiwa Berdikari (berdiri diatas khaki sendiri)
Jiwa ini merupakan senjata ampuh dalam pendidikan di dalam pondok modern. Jiwa Berdikari bukan saja berarti dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri tetapi juga pondok pesantren itu sendiri tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan orang lain. Hal inilah yang dinamakan sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai (zelp berdruifing systeem). Tetapi tidak berarti bersikap kaku dengan tidak menerima bantuan dari orang yang hendak membantu.
 
4.  Jiwa Ukhuwwah Islamiah
Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di lapangan kehidupan yang sesungguhnya.
 
5.  Jiwa Bebas
Arti bebas disini dititikberatkan pada berpikir, berbuat, dan menentukan masa depannya; bebas dalam artian tetap terjaga dalam lingkaran kebaikan. Sebagaimana bapak kyai selalu berpesan “kebebasan seseorang selalu terbatasi dengan kebebebasan orang lain”. Dengan prinsip jiwa bebas ini para santri bebas dalam memilih dan menentukan jalan hidupnya di masyarakat kelak, dengan jiwa besar dan optimis dalam menghadapi kesulitan.
 
Lima panca jiwa ini yang selalu dijadikan para penghuni Gontor sebagai landasan utama dalam menjalankan kegiatan sehingga membuat gontor selalu dinamis dan dapat memunculkan slogan “al-ma'hadu laa yanaamu abadan” dan diharapkan bagi para santri menjadi seorang yang militan dan dapat menjadi pemimpin umat yang baik  untuk masyarakat.

Jumat, 07 Agustus 2015

Waspadai Kebangkitan Komunis Gaya Baru

Madusari - Berpengetahuan luas merupakan salah satu motto Pondok Modern Darussalam Gontor. Sebagaimana visi Gontor adalah menciptakan kader-kader pemimpin umat. Tentunya seorang pemimpin umat haruslah memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menguasai permasalahan. Salah satu wadah untuk memperluas wawasan para santri adalah dengan mengadakan seminar-seminar ataupun talk show. 

Jum'at (06/02) malam,para santri dan guru Gontor 2 berkumpul di masjid Jami' Gontor 2 guna mengikuti acara Talk Show “Mewaspadai Kebangkitan Komunis Gaya Baru” bersama Drs. Alfian Tanjung, M.Pd.I. Sejumlah kurang lebih 250 orang dari masyarakat sekitar juga ikut hadir dalam acara tersebut.

Diawali dengan sambutan dari wakil pengasuh Gontor 2, Ust. H. Muhammad Hudaya, Lc. M.Ag. “Pesantren memiliki andil yang sangat besar dalam memerdekan Indonesia”, tutur wakil pengasuh Gontor 2 mengawali sambutan. Beliau juga memaparkan sedikit cerita bagaimana Ust. Imam Zarkasyi dan Ust. Ahmad Sahal dulu juga menjadi incaran anggota PKI. 

Di mana saat dikumpulkan bersama para santri, PKI bertanya “siapa diantara kalian yang bernama Imam Zarkasyi dan Ahmad Sahal?”, dan ternyata seluruh santrinya mengangkat tangan guna melindungi kyainya. Padahal saat itu resikonya adalah dibunuh. Dari situlah muncul filsafat hidup Gontor yang ditanamkan pada para santrinya, Bondho Bahu Pikir Lek Perlu Sak Nyawane Pisan.
Membuka pemaparan tentang PKI, Drs. Alfian Tanjung, M.Pd.I mengajak para hadirin menyaksikan beberapa video yang menunjukkan kebangkitan PKI. Beliau memaparkan 5 langkah untuk menghadapi PKI:

1.    Penyadaran sejarah, situasi, dan implikasi. Di mana kita harus mulai sadar bagaimana sejarah PKI dan seluk beluknya, sadar akan situasi dan kondisi atas keberadaan mereka.

2.    Pengkaderan. Yaitu mengkaderkan terhadap para pelajar  ataupun tenaga khusus lain dalam melawan pergerakan PKI.

3.    Pembasisan. Yaitu dengan membasiskan pemikiran & ideologi kita, pembasisan informasi, serta penguatan jejaring (network).

4.    Pengondisian. Berupa organisasi yang kuat, mendirikan pusat kegiatan, serta media publikasi.

5.    Perlawanan. Baik secara konstitusional, intelejen, dan lainnya.

    Suasana Talk Show semakin seru ketika beliau memberi kesempatan kepada para hadirin untuk mengajukan pertanyaan seputar partai komunis tersebut. Beliaupun menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan gamblang. 

Selama 2 jam acara berlangsung, tidak ada yang beranjak dari majlis tersebut, hal tersebut menunjukkan antusias yang sangat tinggi dari para hadirin. Acara tersebut kemudian ditutup dengan doa oleh Drs. Alfian Tanjung, M.Pd.I. Beliau juga berharap semoga Gontor mampu menjadi benteng bagi umat Islam.

Kamis, 06 Agustus 2015

OPINI: Mengapa Pesantren?

Apa yang berada dalam pikiran orang awan tentang pesantren terkadang mencakup pengertian yang terlalu sempit. Banyak sekali di luar sana yang menghindari ajaran di pesantren bukan karena perihal akademis saja, namun juga karena masalah budaya. Masyarakat terlalu cepat dalam menentukan label untuk eksistensi pesantren yang sesungguhnya, mereka mengira bahwa pesantren adalah tempat belajar kuno, kudet, gaptek, hanya bisa mengaji, sarungan bahkan tidak memiliki masa depan. 

Namun apakah sesungguhnya orang yang beranggapan seperti itu sepenuhnya benar? Tidak!
Sebelumnya kita mesti mengetahui apa itu pesantren. Lembaga Pendidikan Islam dengan sistem asrama, dengan Kyai sebagai sentral figurnya, dan masjid sebagai titik pusat kejiwaannya. Pesantren memiliki dua tipe, yaitu pesantren salafiyyah dan pesantren modern. Pada hakikatnya, pesantren tidak menancapkan hal akademis sebagai satu-satunya tujuan dalam pembelajaran. Lebih dari itu, pesantren memiliki inti pada jiwa dan filsafatnya. Andai kita berkaca pada zaman penjajahan, tentunya kita mengetahui bagaimana pesantren dengan tegas menolak ideologi-ideologi penjajahan, tak terkecuali komunis.
 
Tujuan dari pesantren juga tidak sama dengan sekolah umum, yang menekankan pada pembukaan jalan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Salah orientasi pesantren yang disebut kemasyarakatan tentunya mencakup visi yang lebih universal, yaitu bukan hanya kepentingan pendidikan individual, melainkan juga memberikan pengaruh pada publik secara umum. Bukan hanya ilmuwan yang ingin dilahirkan, namun juga muballigh, ulama, bahkan pemimpin umat tak jarang berasal dari pendidikan Islami yang formal. Semua hal itu merujuk pada filsafat dan jiwa yang mengikat para santrinya dalam berbuat, juga integrasi antara pengetahuan umum dan agama sebagai senjata di masyarakat kelak.
 
Saat ini, banyak sekali orang yang bingung untuk menentukan mentor yang menjadi rujukan figurnya, pesantren secara gamblang dalam pengertiannya telah menetapkan Kyai, sosok alim dengan pengetahuan tentang ilmu agama mendalam sebagai figurnya. Mereka yang condong pada hal duniawilah yang menganggap pesantren kuno, karena tak tahu bahwa pesantren memiliki masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya. Masjid dalam pesantren tak pernah kosong, hal ini dilahirkan dari latihan kehidupan berdisiplin yang dijalankan para santri. Tanpa latihan tersebut tidak akan ada panggilan untuk mengunjungi rumah Allah yang satu ini, seperti yang terjadi di masyarakat umum khususnya kalangan pelajar.
 
Pesantren juga memberikan proteksi dengan menjadikan nilai-nilai syar'i sebagai poros dalam berbuat segala hal, juga menjadikan pendidikan karakter sebagai inti untuk melahirkan calon pemimpin masyarakat yang matang. Dengan adanya pesantren modern seperti Gontor saat ini, tak ada yang bisa memandang pesantren sebagai lembaga pendidikan yang dipandang sebelah mata.
Jika ada yang bertanya 'betulkah pesantren itu gaptek? Kuno?', makanya jawabannya sangat mudah. Gontor telah mencanangkan kebebasan sebagai salah satu panca jiwanya, juga berpengetahuan luas sebagai salah satu mottonya. Berpengetahuan luas tentunya berbanding 180 derajat dengan gagap teknologi yang terlanjur menjadi label, begitu pula kebebasan menandakan tidak ada lagi kata 'kuno' yang mengekang pemahaman awan tentang pesantren itu sendiri. Kebebasan di sini bukanlah seperti kebebasan dalam kenakalan remaja, kebebasan di sini memiliki arti kebebasan dalam berpikir, bertindak, mengambil keputusan hingga menentukan masa depan, tentunya dengan tetap didasari oleh nilai-nilai pendidikan dan keislaman.
 
Mereka yang berada di pesantren kini memiliki beberapa keunggulan, khususnya dalam hal ukhrowi. Nilai-nilai Islami serta pendidikan yang ditancapkan sejak dini akan membangun karakter dan mental yang kuat. Apabila negara ini baru melancangkan pendidikan karakter akhir-akhir ini, maka Gontor, sebagai pesantren modern telah menjadikannya acuan semenjak pertama kali berdiri.
"Apa yang kau lihat, apa yang kau dengar, dan apa yang kau rasakan di pondok ini merupakan bagian dari pendidikan”
 
Seluruh lini pesantren penuh dengan nilai-nilai. Tidak ada kegiatan ataupun aktivitas yang dibiarkan lewat tanpa manfaat, tidak ada juga hal baik yang terjadi karena ketidaksengajaan. Semua telah diatur secara cerdas demi menghasilkan output yang benar-benar siap mempertahankan Islam melawan bobroknya peradaban.
 
Begitulah secara singkat bagaimana pesantren mengambil peran dalam publik. Dalam An-Nahdhah edisi kali ini, kami menjadikan pembahasan tentang pesantren sebagai kajian utama dengan tujuan menguatkan pemahaman santri, dan keluarga santri umumnya tentang dinamika pesantren.
Sehubungan dengan hal itu, tentunya Bulan Ramadhan akan menjadi bumbu dalam liburan santri kali ini. Ada beragam tips yang bisa dijadikan rujukan juga cara pemanfaatan waktu yang baik saat liburan.
 
Ikuti terus perkembangan Pondok Modern Darussalam Gontor 2 melalui majalah kami ini. Kami berharap media kecil ini bisa menjadi pembuka cakrawala santri tentang dunia, juga wawasan masyarakat tentang pondok. (Muhammad Alfi Saeful Basyari)

Selasa, 04 Agustus 2015

Sebuah Poros Bernama Komitmen

Hidup tak selamanya diam, seperti air yang tak selamanya tergenang tanpa riak, selalu ada hal yang menjadikan anugerah Allah yang satu ini bergelombang. Keras atau lembut, kasar ataupun halus, gelombang ini akan setia menjadi bukti dinamika, dinamika kehidupan yang menghasilkan satu di antara dua output: maju atau menyerah, untuk kemudian menang atau kalah.

Kita memerlukan banyak sekali petunjuk jalan sepanjang lajur hidup kita, juga map dan peta super lengkap demi menuntun kita pada tujuan hidup yang sebenarnya. Akan banyak sekali kerikil maupun batu besar sekalipun yang siap menghadang, tak terkecuali di pondok ini. Kadang kita merasa lelah, kemudian berhenti. Atau malas kemudian mundur, padahal di depan masih banyak yang harus kita hadapi, masih ada badai yang mesti kita tembus.

Dalam perjalanan seperti ini, kita tentu membutuhkan api bisa terus benderang meski dalam badai, tetap terang meski tenggelam dalam air, api yang yang senantiasa menyulut semangat kita agar tetap menjadi 'dreamer' yang konsisten. Kita membutuhkan api yang bernama komitmen.

Jill Koenig, salah satu ahli strategi asal Amerika pernah membuat kutipan: “Commitment is the glue that bonds you to your goal.” Artinya, komitmen adalah 'lem' yang mengikat anda pada tujuan anda.
Komitmen  secara tak sadar bisa menjadi elemen penting dalam kelangsungan perjalanan hidup kita. Secara nalar, memang hidup ini tak selalu diiringi oleh komitmen, namun dalam sadar, kita mampu melihat bahwa setiap keinginan yang kita tuliskan, tekad yang ingin kita tuju telah menancapkan paku-paku komitmen dalam diri kita untuk meraih hal tersebut.

Islam tak lupa juga dalam menekankan hal ini. Islam menganjurkan umatnya agar selalu istiqomah dalam kebaikan, seperti yang disebutkan dalam permulaan surat Hud ayat 112:

فَٱستَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
“Maka tetaplah (Beristiqomahlah) kamu pada jalan yang benar”
 
Menjadi hamba yang istiqomah tak akan terwujud kecuali kita menanamkan komitmen dalam diri kita, komitmen untuk selalu berbuat baik, komitmen untuk selalu membahagiakan orang di sekeliling kita, dan banyak komitmen lainnya.

Contoh, jika kita merasa banyak waktu kita yang terbuang sia-sia, merasa nyaman dengan kekosongan kita, atau mungkin terdetik bahwa yang kita lakukan selama ini tak ada gunanya, maka mari kita membuat komitmen yang berkaitan dengan hal itu.

Katakan pada diri sendiri atau tuliskan pada secarik kertas : “To Make All Seconds Precious, And Nothing Waste At Any”. Menjadikan setiap detik berharga, dan tidak satupun terlalui sia-sia. Tataplah lamat-lamat tulisan itu dan tanam dalam benak kita, kemudian siramilah dengan terus mengatakannya pada diri sendiri, niscaya komitmen itu akan menjadi tumbuhan yang menjulang dalam taman hidup kita.

Apakah sulit untuk merubah kebiasaan lama yang cenderung statis? Memang. Tapi perhatikanlah kata-kata dari Dr. Rob Gilbert berikut:

“First we form habits then they form us. Conquer your bad habits, or they will eventually conquer you.”

Maksud di sini adalah, kita sendiri yang harus memaksakan diri kita untuk membuat suatu kebiasaan. Kebiasaan tidur di pagi hari mungkin karena kita pada awalnya mencoba untuk melakukannya satu atau dua kali. Karena terlalu menikmatinya, akhirnya secara tidak sadar kita telah menjadikannya sebagai kebiasaan buruk kita.

Rob menambahkan di kalimat keduanya untuk mengalahkan kebiasaan buruk kita, karena apabila kita membiarkannya maka pada akhirnya keburukan itulah yang akan menguasai kita.

Jadi, marilah kita mulai berkomitmen untuk merubah kebiasaan buruk kita, serta memulai untuk membuat komitmen-komitmen untuk berbuat kebaikan. Karena sesungguhnya komitmen adalah sebuah titik yang akan menjadi poros dari bagaimana kehidupan kita akan berlangsung, juga pegangan yang akan kita genggam untuk mencapai impian masing-masing.

Karya apa pun tidak akan pernah jadi tanpa adanya tulisan yang disusun dengan komitmen yang tinggi. Sebagaimana kita ingat pepatah lama: Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.
Masih ragu untuk berkomitmen dan memelihara kebiasaan buruk? Lihat saja hasilnya di masa yang akan datang!

Senin, 03 Agustus 2015

Telaga Rindang; Searus Tiga Nafas

Sabtu, 19 September 2015
            Hiban, Hiban Rinarwan, begitulah orang memanggilu lama mencari handphone-nya? Ayolah Ranggaku. Aku tak berharap pergi ke manapun atau bersama siapapun malam minggu ini, hanya ingin merebahkan tubuh di atas sofa. Serasa nyaman meski tak ada satupun yang bisa kukerjakan. Menatap internit kamar bagiku sudah seperti menonton sinema di bioskop, Aku bisa menggambarkan jutaan visi dalam imajinasiku hanya lewat papan putih polos yang menggantung di rumahku. Aku tak butuh kejutan, tapi esok umurku akan genap 20 tahun.

Ahad, 20 September 2015
            Sinar mentari mengintip lewat tirai rumah yang anggun dikibas oleh tiupan angin jendela. Astaga! Aku baru ingat, hari ini aku ada janji dengan dua orang temanku, teman dekatku. Mereka berniat membawaku ke Telaga Rindang, telaga indah nan erotis, namun minim pengunjung. Tak apalah, mungkin ada kejutan yang mereka simpan untuk ultahku di akhir masa genital ini, atau mungkin mereka tak menyadarinya sama sekali? Entahlah, ulang tahun tak begitu penting bagiku.
Tiit… Tiit.. Tiit…
            Handphone-ku bergetar. Sebuah pesan masuk. Aku yakin itu pasti mereka, mungkin mereka akan sampai dalam hitungan menit ke depan rumahku. Aku membaca pesan tersebut:
Dari: Mizan Ramdani
Subjek: Kita sudah di depan rumah, Ban. Ayo, tunggu apa lagi? Semakin cepat pergi semakin baik bukan?
            Ouch. Aku keliru. Mereka sudah siap menunggu di depan.
Mizan. Dia adalah temanku yang begitu polos dan setia. Berpostur gemuk tapi tak nakal atau terlalu pendiam, antusias dalam beragam aktivitas, apalagi kalau berhubungan dengan hobinya: Air.
            Aku tak berpikir harus mandi, karena toh setelah ini akan basah juga. Keluar rumah dengan jaket Real Madrid kesayanganku, aku disambut oleh Mizan dan temanku yang lain, namanya Rangga. Rangga adalah penakut, sedikit bawel, namun tetap pada poros kesetiaan. Itulah mungkin yang membuat persahabatan kita begitu rekat: Setia, Loyal, dan Peduli.
            “Bagaimana malam minggumu, Ban?” sapa Mizan.
            “Biasa saja. Malam ini begitu tak biasa, tanpa kalian serasa menenangkan saja, tak masalah.” Tukasku cuek.
            “Alah, paling kamu berkhayal tentang imajimu yang nggak-nggak kan?” Rangga menyahut.
            “Bisa jadi, Ga. Tapi itu tak begitu penting. Yang penting tujuan kita setelah ini.” Aku  sedikit menuntut dengan senyum, meski tak 100% tulus.
            Kita bertiga menaiki mobil dengan percakapan ringan. Aku merasa cuaca yang begitu rancu pagi ini. Tak biasanya September pagi secerah ini, padahal Aku merasa dingin semalam. Mungkin hujan, mungkin juga hanya sisa delusiku saja yang bergelayut pada mimpi yang tak kulihat apapun di dalamnya, kecuali hitam.
            Sampai di parkiran telaga, pikirku kembali merana. Tak ada satupun yang datang hari ini.Tukang parkir bahkan tak ada. Aku hanya meyakinkan kedua temanku bahwa mungkin saja kita datang terlalu pagi. Ya, terlalu pagi untuk ukuran mereka, padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10.
Rangga, sebagai supir lebih memilih parkir di pinggir jalan depan rumah makan Ayu Ningrat, langganan para pengunjung. Ia memarkirkan mobil secara vertikal dengan beberapa senti ban mobil sebelah kanan menyentuh trotoar.
“Ayo Zan, Ga, bawa barang bawaan kita dan jangan lupa, Rangga, rem tangannya, jalan ke bawah lumayan terjal lho.” Aku mengingatkan.
“Pasti, Hiban yang baik.” Rangga menjawab, agak berlebihan.
“Hiban, kamu kayaknya lupa sesuatu deh, hape-mu ketinggalan ya? Tadi ibumu coba manggil tapi ga ada jawaban, ni ibu kamu baru aja sms.” Tukas Mizan memberitahuku.
“Oh iya! Ya ampun, khilaf nih.. Mana pesannya? Bisa lihat?”
“Nih!” Mizan menyerahkan handphone-nya dengan menu pesan terbuka.
Dari: Ibu Hiban
Subjek: Mizan, bilang ke Hiban supaya hati-hati.
“Tolong iyakan balasannya ya, Zan. Aku mau menurunkan barang sebentar.”
“Sip!” Mizan segera mengetik 'iya',  menekan 'send', dan selesai. Pesan terkirim. Baguslah.
            Kita harus berjalan dari tempat memarkirkan mobil sekitar 50 meter menuju telaga. Telaga Rindang. Begitulah gerbang itu menyapa. Sepi. Itulah yang kali ini kutemukan, menjadikanku agak sedikit malas menyentuh air, apalagi untuk renang.
            Kami duduk di suatu gubuk yang tersedia di pinggiran telaga, menaruh barang dan hampir saja terjadi obrolan hingga ketika Mizan, si hobi air, mengatakan tak sabar untuk berenang. “Ini dia rumahku.” Begitulah katanya. Aku dan Rangga hanya saling menatap dan saling melempar senyum, heran dengan rasa passion-nya yang begitu membara ketika menatap elemen yang satu ini.
            “Kamu duluan aja, Zan. Aku nanti nyusul” Aku mempersilahkan Mizan berlari ke tempat mobil diparkir. Tapi.. Tidak ada! Tidak ada mobil di depan rumah makan Ayu Ningrat! Kemana?
Mataku menyapu sekitar, dan saat berputar 180 derajat, aku kembali terbelalak. Mobil Rangga berpindah tempat. Mobil tak mungkin bergerak sendiri setelah Rangga memasang rem tangan. Lebih tak mungkin lagi karena keadaan mobil yang terpojok pada lebat pohon yang setengah tumbang karena tertabrak bagian belakang mobil Rangga. Mobil yang kusut tak berbentuk! Apa yang terjadi?
Aku semakin tak percaya saat melihat sebuah bangkai truk besar berada beberapa meter di belakang mobil Rangga dalam keadaan terbalik. Ini kecelakaan! Lantas di mana Rangga? Apa dia masih di dalam mobil itu? Apa ia terlal!
Memberanikan diri mendekati mobil, dalam benak aku berkata, bertanya, apakah ini hadiah ulang tahun yang pantas buatku? Apakah aku harus kehilangan dua orang sahabatku pada waktu yang sama, pada waktu yang begitu spesial buatku?
Aku menangis dan kembali bertekuk lutut di depan mobil Rangga. Larut…. Terlalu larut dalam sedih, hingga tak sadar di belakangku telah terseret sebuah mobil Land Rover dengan sopir mabuk, siap menyambar, kembali akan menimbulkan tabrakan.
Aku berbalik mendengar dencitan rem yang begitu nyaring, dan apa yang kulihat adalah bemper mobil berada 10 cm di depan mataku, terus bergerak maju dengan kecepatan tinggi. Aku teriak sekeras mungkin… begitu keras... hingga mungkin langit mendengar.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……!!”
“Hiban! Hiban!!”
Itu suara ibu. Ya, aku kenal betul. Itu Ibu!
“Hiban.. ayo bangun, sudah siang, sarapan sudah ibu siapkan”
Dalam remang mimpi, aku masih bingung. Apakah ini mimpi? Aku segera terduduk dan mengelus dada, dengan nafas tersengal aku berkata “Untunglah ini bukan nyata.”
Hari ini Ahad, tak perlu buru-buru. Aku tak lupa, tak pernah lupa tanggal kelahiranku, 20 September, tepatnya hari ini. Lagipula aku tak ada janji dengan siapapun. Mizan dan Rangga? Mereka pasti di rumah masing-masing, sibuk dengan akhir pekan masing-masing.
Aku berjalan sedikit terhuyung akibat mimpi tadi, melangkah menuju meja makan. Saat duduk, aku melihat koran terbuka. Tak seperti biasanya ibu membeli koran, apalagi langganan. Aku mengambil koran tersebut sambil setengah berteriak, bertanya pada ibu “Bu, sejak kapan kita langganan koran?”
Tak ada jawaban. Ah, mungkin ibu lagi di luar. Mata sayuku mencoba menyusuri halaman perhalaman, hingga pada satu topik yang membuat jantungku berdegup lebih kencang dari degupan normal, yang membuat aliran darahku seakan berhenti tuk beberapa detik. Tangan yang mencengkeram koran tak sanggup memegangnya lagi. Berita macam apa ini?
3 Pemuda Meregang Nyawa di Telaga Rindang

…..  sesuai konfirmasi dari polisi, mereka adalah MR (21),  yang tewas karena sengatan listrik, sedangkan RF (20) menjadi korban tabrakan mobil, dan yang terakhir adalah HR (20)….
Aku tak sanggup melanjutkan bacaan. Tubuhku bergetar, aku ketakutan, sangat ketakutan. Aku tak tahu tulisan macam apa ini. Apakah mungkin ini koran lama? Aku melihat tanggalnya.
Senin, 21 September 2015

Senin? Bukankah itu besok hari? Koran besok terbit hari ini? Tidak mungkin! Bulu kudukku seketika naik begitu tinggi. Dalam pagi mencekam, pandanganku mencoba menyusuri rumah, mencari di manakah ibu, ingin bertanya tentang kenyataan. Aku yakin, ini masih bagian dari mimpi. Tapi bagaimana mungkin? Aku sudah bangun, baru saja, terbangun dari mimpi yang begitu buruk! Ibu, dimana engkau?
Tiit… Tiit.. Tiit…
            Dalam hening handphone-ku berbunyi. Aku sedikit kaget, karena tak biasanya pagi seperti ini ada telpon atau SMS masuk. Masih dalam ketakutan yang sama, Aku genggam handphone-ku. Ah, hanya SMS, aku membukanya, dan membaca:
Dari: Mizan Ramdani
Subjek: Kita sudah di depan rumah, Ban. Ayo, tunggu apa lagi? Semakin cepat pergi semakin baik bukan?
     Deg deg!
     Apa yang sebenarnya terjadi? Lelucon ini sungguh tak lucu! Atau memang sudah saatnya? (1000Quotes)

YUFID: Google bagi Fatwa dan Sunah

Dunia akademis yang kental dengan ilmu agama di sekitar kita menjadi tantangan tersendiri bagi kita, para santri dan ustad, untuk memperdalam lebih lanjut apa yang kita dapat di dalam kelas. Tak jarang pula ketika mendapatkan tugas yang mewajibkan penyertaan dalil berikut sumbernya. Muncullah pertanyaan: DIMANA KITA MULAI MENCARINYA?
 
Mungkin ada yang menjawab: "Alah, gampang…. Tanya MBAH GOOGLE aja!!"  Tapi seringkali apa yang kita dapati tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ketemu, tapi hadisnya tidak sahih. Sahih, tapi tidak dicantumkan sumbernya. Ada sumbernya ternyata perawinya dha'if, dan lain sebagainya. Seringkali juga kita ingin mengetahui sesuatu tentang agama, malah 'disesatkan' ke situs porno. Bukannya mencari dalil atau ngerjain tugas, jadinya malah nonton film 'daging mentah'. Bubar, bubar!!!!!
 
Ternyata dari masalah-masalah tersebut, ada beberapa alumni Universitas Madinah yang tergerak untuk membantu. Dibantu dengan dana dari Universitas Madinah sendiri, akhirnya didirikanlah website yang bernama: YUFID.COM
 
Emang apaan sih, YUFID.com? Bisa dibilang website ini adalah Google-nya dalil Quran, sunah, dan fatwa ulama yang berserakan di dunia maya. Dan kualitas website-nya terjamin kesahihan dan kekuatannya. Karena website yang ditampilkan dari hasil pencarian ini telah melalui seleksi ketat dari admin YUFID.COM yang rata-rata merupakan alumni universitas Madinah. So, sobat GORDA gak usah kawatir bakalan nyasar ke website porno yang mejeng daging mentah lagi.
Kelebihan lainnya adalah YUFID.COM ini juga memiliki channel YouTUBE yang berisi upload video yang inspiratif. Diantaranya ada yang berbentuk ceramah dari para alumni Universitas Madinah yang dikemas dengan interaktif tentang mu'amalah kehidupan sehari-hari hingga ke permasalahan santri ada di sini! Tidak hanya itu, YUFID.COM juga membuat video iklan inspiratif yang bersumber dari Hadis dan Sunnah yang sering kita lalaikan pengamalannya di kehidupan sehari-hari.
 
    Bagi sobat GORDA yang juga kepingin mencoba mempelajari buku bahasa Arab atau fatwa kontemporer juga bisa mencarinya di sini dengan format digital secara GRATIS! Beres kan semuanya? Karena sebenarnya di zaman serba digital ini, belajar apapun sudah sangat mudah. Tinggal kitanya bagaimana. MAU? (amr/13)

Minggu, 02 Agustus 2015

Kutukan Syiah terhadap Sahabat

Syi’ah, merupakan salah satu sekte dalam Islam. Sekte yang memiliki banyak hal-hal aneh, sehingga sebagian ulama menghukumi mereka ini telah keluar dari Islam. Di antara aqidah Syi’ah yang sangat penting dan menjadi kaidah tertinggi mereka ialah pengkafiran kepada seluruh sahabat kecuali beberapa orang, seperti ‘Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan beberapa sahabat lainnya. Dan yang sedikit ini pun, mereka tikam dengan kebohongan-kebohongan besar yang sukar dicari tandingannya. Yang pada hakikatnya, mereka pun telah mengkafirkan Ali Radhiyallahu ‘anhu dan ahli bait Radhiyallahu ‘anhum dengan cara yang berbeda ketika mereka mengkafirkan seluruh Sahabat.
 
    Siapakah yang lebih mereka kafirkan, Sahabatkah yang mereka tuduh telah menzhalimi ahlul bait, ataukah ‘Ali yang menurut mereka telah mengatakan bahwa dirinyalah yang telah menghidupkan dan mematikan?
 
    Inilah kaidah orang-orang Zindiq, yaitu: “Merendahkan sebagian, kemudian meninggikan sebagian yang lain dalam waktu yang bersamaan”. Mereka telah merendahkan para sahabat dengan caci-maki dan laknat. Mereka melawan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang banyak memuja para sahabat, di antaranya keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka “Radhiallahu ‘anhum”. Kemudian dalam waktu yang bersamaan, mereka kafirkan juga ‘Ali dan ahlulbait dengan cara meninggikan mereka sampai kepada derajat ketuhanan!
 
    Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh Syaikhul-Islâm Ibnu Taimiyyah rahimahullah, bahwa Syi’ah itu buatan kaum zindiq munafik, yang pada masa ‘Ali zhidup, beliau telah membakar sebagian dari mereka dan sebagian lagi melarikan diri dari pedang beliau.
 
    Di bawah ini, sedikit saya terangkan perkataan mereka terhadap para sahabat, yang dinukilkan dari kitab-kitab mereka sendiri.

1. Mereka mengatakan, bahwa para sahabat telah murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali tiga orang, yaitu: Miqdâd bin Aswad, Abu Dzar, dan Salmân al-Fârisi.

2. Mereka mengatakan, bahwa para sahabat adalah orang-orang kuffar, sesat, dan terlaknat karena memerangi ‘Ali dan mereka kekal di neraka.

3. Ni’matullah al-Jazâ-iri al-Mâjûsi mengatakan dalam kitabnya, al-Anwâru Nu’mâniyyah (2/244), “Imamiyyah mengatakan dengan nash yang terang atas imamahnya ‘Ali dan mereka telah mengkafirkan para sahabat.”

4. Muhammad Bâqir al Majlîsi mengatakan: “Aqidah kita tentang berlepas diri (al-barâ`) ialah: bahwa sesungguhnya kita berlepas diri dari empat orang berhala, yaitu: Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmân, dan Mu’âwiyah. Dan dari empat orang perempuan, yaitu: ‘Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul-Hakam. Dan dari semua pendukung dan pengikut-pengikut mereka. Sesungguhnya mereka adalah sejelek-jelek makhluk Allah di permukaan bumi; dan sesungguhnya tidak sempurna iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan (iman) kepada para imam, kecuali sesudah berlepas diri dari musuh-musuh mereka”.

5. Mereka mengatakan, bahwa Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmân diadzab di neraka dengan sekeras-keras azab.

6. Mereka mengatakan, bahwa Abu Bakar dan ‘Umar adalah orang pertama yang masuk neraka bersama Iblis.

7. Bahkan mereka mengatakan, bahwa ‘Umar diadzab di neraka lebih keras dari iblis.

8. Penyusun kitab al-Anwârun-Nu’mâniyyah berkata: “Sesungguhnya setan dirantai dengan tujuh puluh rantai dari besi Jahannam, dan ia dibawa ke mahsyar (tempat berkumpul). Maka, setan melihat ada seorang laki-laki di depannya yang dibawa oleh Malaikat Adzab, dalam keadaan di lehernya ada seratus dua puluh rantai dari rantairantai Jahannam. Lalu, setan mendekat kepadanya dan ia bertanya (kepada orang itu): ‘Apakah gerangan yang telah diperbuat oleh orang celaka ini sehingga dia diadzab lebih dariku, padahal akulah yang menyesatkan makhluk dan membawa mereka kepada kebinasaan?’ Maka, ‘Umar menjawab pertanyaan setan itu: “Tidak ada sesuatu pun yang aku kerjakan selain sesungguhnya aku telah merampas khilâfah ‘Ali bin Abi Thâlib’.”
   
9. Telah berkata seorang Majusi lainnya, asy-Syirâzi, yang mereka namakan tanpa haq dengan “Ayatollah”: “Biarkanlah mereka (yakni Syi’ah) menjelaskan dengan setiap ketegasan, sesungguhnya Abu Bakr dan ‘Umar, keduanya tidak pernah beriman kepada Allah meskipun sekejap mata saja. Biarkanlah mereka (yakni Syi’ah) menjelaskan dengan setiap ketegasan, sesungguhnya ‘Aisyah seorang Khawârij, sedangkan Khawârij adalah kafir. Biarkanlah mereka (yakni Syi’ah) menjelaskan dengan setiap ketegasan, sesungguhnya ‘Utsman laknatullah dari Bani Umayyah, dan mereka adalah pohon yang terlaknat di dalam Al-Qur’ân.”
    Si Majusi ini sampai hari ini masih hidup dan sebagai salah seorang ulama mereka (baca: Syi’ah Râfidhah).

10.Al Kulaini di kitabnya, al-Kâfi, di bagian kitab “Raudhah” mengatakan: “Bahwa dua orang Syaikh (yang dimaksud oleh mereka adalah Abu Bakar dan ‘Umar) telah terpisah dari dunia ini (yakni mati) (dalam keadaan) tidak bertaubat dan tidak mengingat apa yang keduanya telah perbuat terhadap Amirul-Mukminin (yakni ‘Ali bin Abi Thâlib), maka atas keduanya laknat Allah dan malaikat dan manusia semuanya.”

11.Kemudian si Majusi yang bernama Ni’matullah al-Jazâ-iri di kitab al-Anwârun Nu’mâniyyah (2/111) mengatakan: “Telah dinukil di dalam riwayat-riwayat pertama –yakni riwayat Syi’ah- bahwa Abu Bakr bersama dengan Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan berhala yang biasa dia sembah pada zaman Jahiliyyah tergantung di lehernya tertutup oleh bajunya. Dan dia pun sujud –yakni di dalam shalat- sedangkan yang dia maksudkan adalah sujud kepada berhalanya itu sampai Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam mati, maka barulah mereka (yakni para sahabat di bawah pimpinan Abu Bakr) menyatakan (secara terang-terangan) apa yang ada di dalam hati-hati mereka.”
 
   Demikianlah, beberapa tuduhan keji erhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah mendapatkan sanjungan dari Allah Azza wa Jalla. Semoga kian menyadarkan kaum muslimin akan tipu-daya dan kebusukan mereka. Wallahul-Hâdi.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Nikah Mut'ah: Zina legal Syi'ah


  Nikah mut’ah merupakan salah satu zina yang dilegalkan dan bahkan merupakan bagian dari ibadah Syiah yang paling utama. Bukan hanya dibolehkan, bahkan diwajibkan! Sudah sekian banyak wanita Syi’ah yang taat mengeluh penyakit kelamin akibat dari ‘ibadah Syiah yang mulia’ ini. Karena memang tidak lain Syiah ini merupakan pelegalan zina dan prostitusi dengan dalih agama.

Definisi dan Tata Cara Mut’ah
    Yang dimaksud nikah mut'ah adalah, seseorang menikah dengan seorang wanita dalam batas waktu tertentu, dengan sesuatu pemberian kepadanya, berupa harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika masanya telah selesai, maka dengan sendirinya mereka berpisah tanpa kata thalak dan tanpa warisan.
    Jadi, rukun nikah mut'ah -menurut Syiah Imamiah- ada tiga :
1) Shighat, seperti ucapan : "aku nikahi engkau”, atau “aku mut'ahkan engkau”.
2) Calon istri, dan diutamakan dari wanita muslimah atau kitabiah.
3) Mahar, dengan syarat saling rela sekalipun hanya satu genggam gandum.
4) Jangka waktu tertentu

Hukum Mut’ah menurut Islam
    Nikah mut’ah telah diharamkan oleh Islam dengan dalil kitab, sunah, ijma’, dan akal.
■ Dalil Al-Qur’an:
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ إِلَّاا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (المعارج:29-31)
    “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” [al Maarij : 29-31]

■ Dalil Sunnah:
عَنِ الرَّبيِْع بن سَبْرَة عَنْ أَبِيْه ِرضى الله عنه أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : ياَ أَيَّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِي الاسْتِمْتاَعِ مِنَ النِّسَاءِ , وَ إِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذلِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ (رواه مسلم)ش
Dari Rabi` bin Sabrah, dari ayahnya Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ia bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: "Wahai, sekalian manusia. Sebelumnya aku telah mengizinkan kalian melakukan mut'ah dengan wanita. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengharamkannya hingga hari Kiamat.(HR. Muslim)

■ Dalil Ijma’: telah sepakat seluruh Ulama’ tentangnya haramnya nikah mut’ah.

■ Dalil Akal dan Qiyas:
Mut’ah haram karena berdampak negatif yang sangat banyak, diantaranya:
a)    Bercampurnya nasab, karena wanita yang telah dimut'ah oleh seseorang dapat dinikahi lagi oleh anaknya, dan begitu seterusnya.
b)    Disia-siakannya anak hasil mut'ah tanpa pengawasan sang ayah atau pengasuhan sang ibu, seperti anak zina.
c) Wanita dijadikan seperti barang murahan, pindah dari tangan ke tangan yang lain, dan sebagainya.

Demikianlah nikah mut’ah menurut Syi’ah. Jelaslah sudah keharamannya. Sebagaimana kita ketahui, salah satu maqashid syari'ah (pokok dasar syariah), yaitu menjaga keturunan.
Islam menganjurkan umat Islam untuk menikah dan diharamkan membujang. Islam melarang mendekati zina dan menutup sarana-sarana yang menjurus kepada perbuatan kotor tersebut. Islam juga mengharamkan perzinaan yang berbalutkan dengan sampul pernikahan.

Keanehan Syariat Nikah Mut’ah
►    Boleh mut’ah dengan gadis:
    Dari Ziyad bin Abil Halal berkata, “Aku mendengar Abu Abdullah berkata, ‘Tidak mengapa bermut’ah dengan seorang gadis selama tidak menggaulinya di qubulnya, supaya tidak mendatangkan aib bagi keluarganya’.”

►    Boleh nikah mut’ah dengan pelacur:
    Ayatollah Udhma Ali Al Sistani mengatakan: “Diperbolehkan menikah mut’ah dengan pelacur walaupun tidak dianjurkan, ya jika wanita itu dikenal sebagai pezina maka sebaiknya tidak menikah mut’ah dengan wanita itu sampai dia bertaubat.”

►    Pahala atas nikah mut’ah:
    Dijanjikan bagi wanita yang bermut’ah ampunan dosa sebanyak jumlah rambut yang dilalui air ketika mandi.

►    Tidak adanya hubungan warisan:
    Ayatullah Udhma Ali Al Sistani dalam bukunya menuliskan: Masalah 255: “Nikah mut’ah tidak mengakibatkan hubungan warisan antara suami dan istri. Dan jika mereka berdua sepakat, berlakunya kesepakatan itu masih dipermasalahkan. Tapi jangan sampai mengabaikan asas hati-hati dalam hal ini.”

►    Wanita yang dinikah mut’ah tidak berhak mendapatkan nafkah dari suami:
    “Laki-laki yang nikah mut’ah dengan seorang wanita tidak wajib untuk menafkahi istri mut’ahnya walaupun sedang hamil dari bibitnya. Suami tidak wajib menginap di tempat istrinya kecuali telah disepakati pada akad mut’ah atau akad lain yang mengikat.”

►    Diperbolehkan nikah mut’ah dengan seorang wanita berkali-kali tanpa batas:
    Tidak seperti pernikahan yang lazim, yang mana jika seorang wanita telah ditalak tiga maka harus menikah dengan laki-laki lain dulu sebelum dibolehkan menikah kembali dengan suami pertama. Hal ini seperti diterangkan oleh Abu Ja’far, Imam Syiah yang ke empat, karena wanita mut’ah bukannya istri, tapi wanita sewaan.

►    Batas minimal mahar mut’ah:
    Dari Abu Bashir dia berkata, “Aku bertanya pada Abu Abdullah tentang batas minimal mahar mut’ah, lalu beliau menjawab bahwa minimal mahar mut’ah adalah segenggam makanan, tepung, gandum, atau kurma.”     Semua tergantung kesepakatan antara dua belah pihak. Sangat cocok bagi mereka yang berkantong terbatas, bisa memberikan mahar dengan mentraktir makan siang di McDonald, KFC, atau nasi uduk pun jadi.

►    Dari Abubakar bin Muhammad Al Azdi dia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Hasan tentang mut’ah, apakah termasuk dalam pernikahan yang membatasi empat istri?” Dia menjawab, “Tidak.” (Al-Kafi, Jilid:5 Hal. 451). Wanita yang dinikahi secara mut’ah adalah wanita sewaan, jadi diperbolehkan nikah mut’ah walaupun dengan 1000 wanita sekaligus, karena akad mut’ah bukanlah pernikahan. Jika memang pernikahan maka dibatasi hanya dengan empat istri.

►    Mereka berkata bahwa anak dari mut’ah lebih baik daripada anak dari istri tetap.
Begitulah gambaran mengenai fikih nikah mut’ah di buku-buku Syiah. Orang yang sadar akan agama akan menilai nikah mut’ah = pelacuran. Salah satu praktik nikah mut’ah di Indonesia, diprakarsai oleh Jalaludi Rahmat (Kang Jalal), tokoh Syiah di Indonesia. (amr/13)